Suami -Istri itu Saling....

 21/11/2022-14.59

Do'akan rumah tangga kami selalu menjadi Sakinah Mawaddah Wa Rahmah.

"Seorang suami marah,saat mengetahui istrinya makan duluan,karena menurut sang suami,dia makan-makanan bekas"

Bagaimana menurut sahabat Wijayastuti? Kalau aku cukup kaget,karena sebegitunya. Bisa saja kan,istrinya menderita sakit mag dan harus segera makan sementara suaminya lembur atau terlambat pulang dan tidak mrngabari. Pastinya juga sang istri sudah memisahkan bagian untuk suaminya sebelum dia makan.

Ada lagi di Melayu, adatnya, wanita dilarang untuk makan duluan,atau mengambil nasi dan lauk terlebih dahulu saat makan bersama. Wanita harus mengecek apakah ada yang kurang atau tidak, setelah mencukupi barulah mereka boleh makan, lelaki pun dilarang untuk mencuci piring. Wah, kesetaraan gendernya dimana ya?

Menggambarkan bagaimana seorang suami dan istri di Asia.

Jadi inget film Kim Ji Young: Born 1982  yang sudah aku review nih. Dalam film Korea  ini menampilkan bagaimana perbedaan seorang perempuan dan laki-laki. Wanita dilarang bekerja, mengurus rumah itu lebih baik. Wanita harus selalu melayani dan mengurus anak, sementara suaminya dilarang menemani istri melahirkan dan mengurus anak karena berujung pada kehancuran karir. Kim Ji Young merasa rendah diri dan tidak ada apa-apanya dibandingkan teman-temannya dahulu karena mertuanya tidak mendukung dia bekerja,sejak memiliki anak. 

Film india Ammu,soal bagaimana suami bersikap pada istrinya.

Di India pun dalam film Ammu yang baru saja rilis pun sama. Wanita selalu diletakkan lebih rendah dari pria. Dipukuli jika tidak sesuai dengan keinginan suami,dibentak jika tidak mengerti atas apa yang disampaikan oleh suaminya.

Di Indonesia pun tak jauh beda dengan Malaysia, Korea dan India,karena masih satu Asia. Dulu waktu saya mengajar di salah satu sekolah di Depok,ada ekspatriat dari Australia, Collin namanya. Dia selalu marah kalau kami,teman-teman wanitanya mengambilkan dia makanan atau minuman.  Suatu kali dia pernah bilang " Hey Nisa,I can take it by my self I'm not disabled". Wedeh,beda bener sama lelaki Asia pada umumnya. Karena aku terbiasa melihat ibuku melakukan hal yang seperti itu pada bapakku,melayani keperluan sehari-hatinya terutama menyiapkan makanannya. Collin juga mengatakan hal yang sama pada teman-teman guru wanita yang lain, sampai akhirnya kami terbiasa dan membiarkan Collin mandiri.

Budaya Barat dan Timur memang berbeda dalam memperlakukan gender, bahkan dalam rumah tangga. Di sekolah yang satunya lagi tempat aku mengajar di bilangan Pondok Labu. Ada suami istri guru yang ekspatriat,mereka  membagi tugas dalam rumah tangga mereka,buat aku itu amazing banget,hmm suaminya orang Indonesia sih orang Padang,jadi menurutku hebat juga nih break the rules lelaki Asia.

Kalau aku dan suami, kami juga bagi tugas, waktu aku sedang sakit, suamiku gak segan-segan untuk mencuci piring. Sekarang pun urusan mencuci baju suamiku dan setrika aku. Urusan bersihin kipas angin dia, Menitiin atau masang sprei dia, alhamdulillah suamiku masih mau turun ke dapur. Intinya saling dikomunikasikan aja sih sama paksu,cuma dia gak berani urus tanaman karena takut ada cacing,hihi. Kalo urusan sama kecoa aku yang takut,dan suami yang siap sedia membantu,auto mati deh kecoa di tangan suamiku,hehe.

Sebenarnya gimana sih dalam Al-Qur'an,hubungan suami dan istri itu?

Menurut Ustadz Adi Hidayat (adik kelas aku waktu di Pesantren nih,hihi,kakak kelasnya mah masih okem,maklum cuma 3 tahun doang,jadi ilmunya baru setengah,hehe).

Semua yang harus dilakukan suami ke istri,begitu juga sebaliknya tercantum dalam QS: Annisa:34.

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا 

34. ar-rijālu qawwāmụna 'alan-nisā`i bimā faḍḍalallāhu ba'ḍahum 'alā ba'ḍiw wa bimā anfaqụ min amwālihim, faṣ-ṣāliḥātu qānitātun ḥāfiẓātul lil-gaibi bimā ḥafiẓallāh, wallātī takhāfụna nusyụzahunna fa'iẓụhunna wahjurụhunna fil-maḍāji'i waḍribụhunn, fa in aṭa'nakum fa lā tabgụ 'alaihinna sabīlā, innallāha kāna 'aliyyang kabīrā

34. Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.

Pada saat seorang laki-laki mengatakan ijab qabul,saat itulah semua tugas orang tuanya sang istri berpindah padanya. Berat ya,itulah kenapa pernikahan disebut sebagai Mitsaqon Gholidzo perjanjian yang berat. Nah,jadi kalau suami atau istri selingkuh itu dosanya besar sekali ya.

Lelaki menanggung nafkah istri dan anak-anaknya. Memang sih ada pepatah dalam islam yang mengatakan bahwa jika ada manusia yang harus di sembah yaitu suami,tapi dalam artian bukan menyekutukan Allah ya,lebih ke bagaimana menghormati suaminya. 

Jelas dikatakan dalam surat An-Nisa ayat 34 bahwa laki-laki atau suami ini sifatnya melindungi keluarganya,baik itu dari kejahatan dan yang terpenting melindungi keluarganya dari jilatan api neraka.

Seorang istri harus taat pada suaminya, dengan catatan suaminya menyuruh pada kebaikan,seperti contohnya suami menyuruh istri untuk mengikuti kelas tahsin, maka istri mengikuti perintahnya, lain hal jika suami meminta istri untuk nyolong mangga  atau jambu tetangga,sebaiknya tidak diikuti. 

Soal pekerjaan rumah tangga, pastinya yang ideal adalah saling berbagi, jadi istri tidak kelelahan karena harus mengurus rumah tangga dan anak-anak juga suami. Inti nya dikomunikasikan dengan baik, karena kalau tidak maka salah satu diantaranya akan merasa kelelahan dan bisa kena baby blues nih saat baru-baru punya anak.

Suami dan istri itu harus saling membantu satu sama lain, sehingga rumah tangga bisa berjalan dengan baik, bisa awet sampe kakek nenek. Suami mencari nafkah, istri mengatur keuangan rumah tangga dengan baik, sehingga kebutuhannya tercukupi. Kalau semua berjalan seperti ini insyaallah akan tercipta sakinah mawaddah wa rahmah dalam rumah tangga.

Dalam perjalanannya pasti setiap rumah tangga memiliki model yang berbeda. Ada yang istri harus nurut,gak ada diskusi. Ada juga rumah tangga yang demokratis. Semua ini kembali ke rumah tangga SAWI (Sahabat Wijayastuti) ya. Karena kalian masing-masing yang lebih tahu untuk kebaikan rumah tangga kalian. Kalo yang ideal biasanya saling,tapi kalau belum ada ketersalingan komunikasikan baik-baik dan kerjakan tugas kita sebagai seorang istri dengan ikhlas dan mengharap ridho suami. Karena ridho suami adalah ridho allah.

Oh iya dalam surat Annisa disebutkan bahwa boleh memberi peringatan pada istri dengan memukul, yang dimaksud disini adalah menasehati, dan diperbolehkan memukul dengan siwak, itupun bukan di wajah atau di organ inti yang bisa menimbulkan masalah pada kesehatan istri ya. Lelaki yang soleh adalah yang bisa menahan tangan untuk memukuli istri dan menahan emosinya untuk membentak istri.

Jadi , alih-alih menyakiti dengan memukul, lebih baik menasehati, jika belum berubah juga diamkan saja pasangannya, dengan dicuekin itu lebih terasa gak enak loh daripada di pukul. Saat dipukul pasangan akan mencari cara untuk membalas,tapi jika didiskusikan atau didiamkan beberapa hari saat sedang emosi,ini akan lebih mengena pada pasangan kita.

Untuk yang baru akan mulai menjalani pernikahan gak usah jadi takut untuk menjalaninya ya, kalau mau dibuat aturan di pranikah, boleh banget loh, soal istri boleh kerja atau gak, suami bantu urus pekerjaan rumah tangga atau gak. Enaknya kalau sudah ada perjanjian pranikah kalau ada masalah dikemudian hari bisa dikomunikasikan dengan pasangan.

Pokoknya berdoa seperti ini yuk untuk kebaikan rumah tangga kita.

Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzuriyyatinaa qurrota a’yun.” 

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan dari kalangan kami sebagai penenang hati.” (QS Al-Furqan: 74). 

Insyaallah pernikahan kita bisa jadi pernikahan yang Sakinah Mawaddah wa Rahmah ya. AMIIN. Dilindungi Allah suami dan istrinya dari berbuat maksiat. wallahu'alam bishowab.


Komentar

  1. Begitulah masih banyak yang memandang rendah wanita. Apalagi kalau sudah berumah tangga, wanita harus jadi ibu rumah tangga. Memang kewajiban seorang wanita taat pada suami, tapi tidak harus direndahkan juga, ya. Suami istri harus saling bantu dan mendukung agar tetap rukun.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah suamiku juga kaya suami mbak yang mau ngerjain pekerjaan rumah dan ngasuh anak bareng. Tapi karna budaya ya..

    Tiap dapat bantuan dari suami jadinya keliatan aku yang salah.

    Nyebelin sih ini. Padahal kan di Islam dicontohin gitu ya sama Rasulullah.

    Emang kudu pinter-pinter tutup kuping sih yan.

    BalasHapus
  3. hmm, harusnya memang seperti itu, suami istri itu saling, terlebih lagi saling komunikasi agar semua bisa berjalan dengan baik.
    suamiku masih sering kayak orang primitif sih, urusan dapur ya ke istri, tapi dia kalau diminta belanja ke pasar/pelelangan malah mau-mau aja, saya sih oke oke aja hihih

    BalasHapus
  4. Semoga pernikahannya langgeng ya Mbak. Suka nih dengan bahasannya ini. Ya bagusnya memang dalam hubungan rumah tangga ada ketersalingan gitu, jadi gak semua pekerjaan di rumah itu dibebankan pada istri saja. Suamo pun harus punya andil ya paling tidak bisa ikut turun tanganlah jagain anak2 atau bantu istri nyuci pas weekend gitu. Untuk itu memang penting dikomunikasikan dulu biar gak ada salah satu yang merasa paling caoek gitu.

    BalasHapus
  5. Saya pun terbiasa dengan didikan seperti itu. Bahkan, bagi kami Perempuan Bugis, pantang jika suami masuk dapur (masak dan cuci piring, misalnya). Alhamdulillah, meski Bapakku Rahimahullah berdarah Bugis tulen, beliau tidak pantang untuk ikut membantu Mama mengurus kami di rumah. Bahkan, setiap sore Bapak mengaja kami anak-anaknya keluar agar Mama bisa beristirahat. Setelah menikah, suami juga begitu. Alhamdulillah.

    BalasHapus
  6. Aamiin yaa rabbalalamiin. Alhamdulillah, punya Bapak dan suami yang tidak segan untuk turun tangan bantu di dapur atau bagi tugas untuk beres-beres rumah. Kalo mengambil teladan Rasulullah SAW juga ringan tangan bantu istrinya... Terima kasih banyak sharingnya yaa, Mbak

    BalasHapus
  7. Meneladani rasul Nabo Muhammad ya moga banyak laki2 yang meniru agar dpt membantu pekerjaan RT dan meringankan pekerjaan istri di rumah. Thanks sharingnga mba

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah, suami juga mau turun ke dapur.🙂

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya. Insyaallah saya akan berkunjung balik. Silahkan berkomentar dengan sopan, dan berbagi tips untuk sesama pembaca.