Menghadapi Masalah Hidup ala Ustadzah Halimah Alaydrus

 1 Mei 2023/08.58

"Aku males deh Bi, ikut ke Bandung."

"Udah sih Mi, di wolesi aja, yang penting kita sudah silaturahmi ya."

Sekelumit percakapan aku dan suami beberapa hari yang lalu. Dulu aku sama suami sempat tinggal di Bandung selama kurang lebih 3 tahun. Di sana ada kakaknya mama mertua, yang kadang suka tinggal di sana kalau mama mertua bosan di rumahku. 

Hati aku tuh emang setipis tisu, alias suka banget baperan. Kalau ada orang ngomong apa tuh dipikir banget, walaupun lama kelamaan aku mulai berubah sih, tapi pasti ada hal-hal yang bikin aku trauma sampe mental breakdown kalo mau ke rumah saudara yang satu ini, ada yang pernah ngalamin gak?

Karena kalau main kesini serba beda banget sama budaya di rumah orangtua ku, jadi kalau mau bantu cuci piring itu kita harus tunggu air penuh, dan kalau tamu itu gak disuguhin air suruh ambil sendiri, bahkan kalau bawa buah tangan gak sesuai pasti dikomentarin, soal buah tangan ini sempet lumayan saling bersitegang waktu aku gak terima dipatahin kasih buah tangan, belum lagi gaya anaknya yang bikin gak sreg nih waktu kita bertamu, jadi sebisa mungkin ya pulang pergi deh, atau pas di Bandung, cari kegiatan ke rumah tetangga yang dulu, hehe. Alhamdulillahnya suamiku paam nih, sekarang, dulu mah gak, hehe. Biasanya kakak ipar suka ikut dan sudah dekat dengan keluarga di sini, jadi kadang kita pergi kerumah tetangga yang dulu buat killing time aja, sampe waktunya pulang, hehe, karena lebih menikmati namu ke tetangga daripada ke rumah saudara, ada yang begitu juga?

Biasanya abis itu aku suka mental breakdown keinget trauma-trauma yang sebelum-sebelumnya, bahkan pas kemarin pulang darisana aja aku masih dinasehatin soal buah tangan, sampe akhirnya suamiku turun tangan menanyakan apa yang seharusnya dibawa? buah aja, jeruk nipis juga di terima. Jadi perkaranya aku bawain buah tangan sirup dan kue kaleng dua dari Alfamart, gak ada kepikiran itu kue aku beli karena seleraku, murni biar ada buah tangan aja, karena waktu itu pas main kesana bawa kue kaleng aman nih, gak dikomentarin. Eh, pas mau pulang mudik di komentarin dong. Mending kalo sampe terimakasih ya sudah dibawain oleh-oleh, harusnya titik sampai di situ, tapi malah dilanjut, bude gak suka tapi, nanti bude kasih ke orang aja ya. Saat itu aku rasanya pengen bilang, kassih ke tukang beling aja bude, tapi berkali-kali suamiku pegang tanganku untuk gak kebawa emosi.

Entah tahun depan kalo kesana lagi bawa buah jeruk, bakalan dikomentarin lagi atau gak deh, pengennya sih jadi gak main kesana ya. Tapi pass denger ceramahnya Ustadzah Halimah Alaydrus tuh kaya di sentil banget akunya.

Menurut Ustadzah Halimah Alaydrus, kita tuh gak akan bisa mencapai cita-cita disenenngin sama semua orang di muka bumi ini.Yang harus di perluas itu memang hati kita, dan tempatkan allah di hati, supaya dalam menghadapi apapun jadi lebih legowo. gampang sekali menulisnya, tapi prakteknya luar biasa sulit sekali, karena memang gak mudah memiliki hati yang bersih dan gak mengedepankan perasaan kita.

Yang harus diperhatikan adalah bagaimana kita menyikapi perlakuan orang lain terhadap kita. Biarkan saja orang lain bertindak kurang baik terhadap kita, yang penting kitanya bertindak sesuai dengan perintah Allah SWT. Karena kita tidak akan diminta pertanggung jawaban dari perlakuan orang lain ke kita, tapi perlakuan kita ke orang lain yang akan di hisab. Bisa jadi apa yang orang lain perlakukan kepada kita adalah cermin dari apa yang pernah kita perbuat sebelumnya. Pernah gak kamu berdo'a pas lagi dizolimi oleh orang lain, biar dibales sama allah, baru deh tahu rasa. Nah, bisa jadi kita pernah berbuat dzolim kepada orang lain dibalas seperti itu. Astaghfrullahal'adzim.

Ternyata kita memang harus benar-benar bertindak hai-hati ya, sehingga tidak ada kesalahan dalam perbuatan maupun perkataan. Sungguh sulit sebenarnya untuk menjadi tegar saat kita dihujat oleh orang lain, tapi belajar dari rsulullah s.a.w yang sangat yakin akan di bantu oleh Allah, selayaknya kita seperti itu.

Ada sebuah kisah tentang Ayah dan Anak yang serba salah jika mendengarkan apa celotehan orang lain. Alkisah, ada seorang Ayah dan anak yang memiliki seekor keledai. Sang Ayah ingin mengajarkan kepada anaknya, tenatng bagaimana sulitnya hidup jika mengikuti apa kata orang lain. Pertama saaat melewati sebuah perkampungan sang anak menaiki eledainya dan sang ayah menuntun keledai yang ditunggangi anaknya, orang-orang di kampung itu mengatakan bahwa sang anak sungguh tidak berbakti, karena membuat ayahnya menuntun keledai. Setelah mendengar percakapan orang di kampung tersebut, mereka berganti tempat, sang ayah menaiki keledai dan anak menuntun keledai yang ditunggangi oleh anaknya. Orang di kampung yang mereka lewati mengatakan kasihan sekali anaknya disuruh menuntun keledai, ayahnya malah yang naik keledai bukan anaknya. Melewati kampung ketiga ayah dan anak menaiki keledai tersebut, masih juga digujing oleh orang kampung, katanya tega sekali mereka menaiki keledai yang kecil, gak kasihan sama binatangnya. Memasuki kampung keempat mereka berdua turun dan menuntun keledai, orang di kampung keempat juga bilang kok ada keledai tidak dinaiki.

Nah, kalau mendengarkan banyak ucapan orang, gak pernah ada benernya kan ya, hehe. Itulah kenapa sebaiknya kita menyaring omongan orang lain sehingga meminimalisir masalah hidup. Selain itu luaskan hati dan tempatkan Allah di hati-hati kita.Sulit, tapi bisa yuk bisa, mulai dari sekarang, bismillah. Kalau ada yang jahatin kita doakan yang baik-baik, karena apapun yang kita kerjakan, kita doakan itu akan kembali kepada kita lagi, wallahhu'alam bishowab. 

Komentar