Ragam merk Vaksin Covid19 di Indonesia

 15 Juli 2021/5 Dzulhijjah 1442 H/ 13.29 WIB

Siapa yang udah vaksin? Pake vaksin merk apa? Awalnya aku gak perduli nih soalan vaksin,ngeliat berita pasien terpapar covid makin tinggi aja udah bikin lemes badan,jadi kaya gak kepikiran buat cari tahu soalan vaksin ini. Baru deh setelah vaksin terus ada beberapa berita yang menayangkan pendapat dari ahli biologi molekuler,aku baru deh penasaran buat cari tahu soal vaksin.

Oke,sekarang kita cari tahu dulu asal muasal para vaksin dengan ragam merek ini dan terbuat dari apa,serta bagaimana efeksifikasinya untuk membentuk.Herd Immunity seperti yang diinginkan oleh pemerintah Indonesia ya.

Apa sih hubungan vaksin sama herd immunity? Oke secara garis besar nih. Vaksin itu adalah virus yang dimatikan atau yang dilemahlan yang disuntikkan ke dalam tubuh kita untuk membantu antibodi kita aware dan mengenali jika ada virus yang bentuknya sama. Yes,kita emang diauntikin virus Covid19 yang dilemahkan atau bahkan sudah mati. Tujuannya apa? Tujuannya supaya antibodi tubuh kita mengenali virus Covid19,jadi kalau tubuh kita terpapar,maka akan mudah mendeteksi dan melawannya. 

Barusan aku lihat di halodoc bahwa ada beberapa vaksin yang dibuat dari mRNA virus dan viral vector,apakah itu? Nanti ya. Sekarang kita bahas dulu macam merk vaksin yang beredar di Indonesia menurut halodoc dan terbuat dari apa,asal dari negara mana,dan bagaimana efikasinya.

Profil Vaksin yang akan Digunakan di Indonesia

Berikut ini adalah beberapa jenis vaksin yang telah disetujui oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:

1. Pfizer

Negara asal: Amerika Serikat

Bahan dasar: mRNA

Suhu penyimpanan: -70oC

Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 94–95%

Tahap uji klinis: Telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EUA) dari U.S. Food & Drug Administration (FDA)

Efek samping: Nyeri di lokasi penyuntikan, rasa lelah, sakit kepala, menggigil, nyeri sendi, dan demam

2. Sinovac

Negara asal: Cina

Bahan dasar: Virus yang dimatikan (inactivated virus)

Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: Efikasi sekitar 65,3% (di Indonesia)

Tahap uji klinis: Sudah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EUA) dari BPOM

Efek samping: Nyeri atau kemerahan di lokasi penyuntikan, nyeri otot, demam, dan sakit kepala

Alasan bisa dibawa ke Indonesia:

  • Penyimpanannya bisa menggunakan kulkas atau cool box, sehingga proses distribusi vaksin dan pelaksanaan vaksinasinya lebih mudah.
  • Vaksin Sinovac termasuk dalam 10 kandidat vaksin paling cepat dan menggunakan metode pembuatan yang sudah dikuasai oleh perusahaan lokal, seperti Bio Farma.

3. Moderna

Negara asal: Amerika Serikat

Bahan dasar: mRNA

Suhu penyimpanan: -20oC

Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 94,5%

Tahap uji klinis: Telah melalui uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EAU) dari U.S. Food & Drug Administration (FDA)

Efek samping: Nyeri, bengkak dan kemerahan di lokasi penyuntikan, rasa lelah, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, demam, serta mual dan muntah

4. Oxford/AstraZeneca

Negara asal: Inggris

Bahan dasar: Viral vector

Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 62-75%

Tahap uji klinis: Telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat dari Otoritas Inggris

5. Novavax

Negara asal: Amerika Serikat

Bahan dasar: Protein subunit

Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: 85–89%

Tahap uji klinis: Sudah selesai uji klinis fase 3 di Inggris, Meksiko, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan

Efek samping: Efek samping serius seperti reaksi alergi terhadap vaksin atau anafilaksis sangat jarang terjadi

6. Sinopharm

Negara asal: Cina

Bahan dasar: Virus yang dimatikan (inactivated virus)

Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 79,34%

Tahap uji klinis: Sudah melewati tahap uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan dari otoritas kesehatan di Cina

Efek samping: Umumnya bersifat ringan, seperti demam, nyeri dan bengkak di lokasi penyuntikan, serta sakit kepala

7. Merah Putih – BioFarma

BioFarma bekerja sama dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman masih terus melakukan pengembangan dan penelitian terhadap vaksin COVID-19. Uji klinis terhadap vaksin ini rencananya akan dimulai sekitar bulan Juni 2021.

8. Sputnik V

Negara asal: Rusia

Bahan dasar: viral vector

Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: Efikasi 91,6%

Tahap uji klinis: Sudah melewati uji klinis fase 3

Efek samping: nyeri di tempat suntikan, flu, demam, sakit kepala, dan kelelahan.

Nah,jadi efikasi tiap vaksin beda ya.  Efek samping dan bahannya juga beda. Ada yang terbuat dari virus yang dimatikan,mRNA,viral vektor dan sub unit protein. Bahas kaya gini seru tapi rada pusing nih guys kaya kuliah lagi,bismillah deh ya,buat nambah ilmu.

Sebelum bahas bahan pembuatan vaksin,aku maju ke proses pembuatan vaksin dulu nih. Jadi ada tahapannya guys dalam pembuatan vaksin.

Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam proses pembuatan vaksin COVID-19:

1. Eksplorasi

Tahap eksplorasi merupakan tahap awal yang dilakukan melalui penelitian di laboratorium untuk mengidentifikasi antigen alami atau sintetis yang dapat mencegah suatu penyakit.

Antigen adalah benda asing yang dapat merangsang pembentukan antibodi di dalam tubuh. Tahap eksplorasi untuk menentukan antigen ini bisa memakan waktu yang cukup lama.

2. Studi praklinis

Tahap studi praklinis dilakukan dengan memberikan vaksin ke hewan percobaan untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya. Pada tahap ini, peneliti juga akan mengkaji apakah vaksin menimbulkan efek samping tertentu.

3. Uji klinis fase I

Pada tahap uji klinis fase I, vaksin akan memberikan ke beberapa orang dewasa yang sehat. Tujuannya adalah untuk memastikan keamanan dan efektivitas vaksin pada manusia.

4. Uji klinis fase II

Tahap uji klinis fase II dilakukan dengan memberikan vaksin ke sekelompok orang yang jumlahnya lebih banyak, dengan usia dan kondisi kesehatan yang lebih beragam.

Setelah itu, para peneliti akan mengkaji dan mengevaluasi efektivitas, keamanan, dan dosis vaksin yang tepat, serta menilai respons sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin yang diberikan.

5. Uji klinis fase III

Pada uji klinis fase III, vaksin akan diberikan ke lebih banyak orang dengan kondisi yang bervariasi. Para peneliti akan memantau respons kekebalan tubuh dan efek samping vaksin dalam jangka waktu tertentu. Fase ini bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

6. Tahap IV

Setelah dinyatakan lulus semua uji klinis, vaksin bisa mendapatkan izin edar untuk diberikan kepada manusia. Di Indonesia, izin edar vaksin dikeluarkan oleh BPOM. Namun, meski sudah bisa digunakan secara umum, vaksin yang masih baru tersebut perlu terus diteliti dan dievaluasi.

Panjang kan prosesnya guys. Insyaallah sampai di kita,itu sudah aman. Kalau ada efek sampai ada yang meninggal dunia,bisa jadi dalam tubuhnya mungkin sudah ada penyakit komorbid tapi gak tahu atau sebenarnya sudah terpapar Covid19  tapi gak tahu,disinilah pentingnya jujur saat screening,dan sebaiknya sih menurut pendapatku pribadi sebelum vaksin swab pcr untuk tahu,kita ini positif atau negatif.

Oke kita bahas soal bahan pembuatan virus nih.

Keempat vaksin itu adalah vaksin mati; vaksin hidup; vaksin sub-unit; dan vaksin toksoid. Vaksin juga memiliki 4 komposisi kandungan yang meliputi antigen, adjuvant, stabilitator, dan pengawet.

Vaksin mati/ inaktivasi
Satgas Penanggulangan Covid-19 menjelaskan vaksin mati adalah vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan vaksin mati adalah dibuat dari mikroorganisme (virus, bakteri dan lain-lain) yang telah dimatikan dengan proses menggunakan bahan kimia tertentu atau secara fisik. Mikroorganisme yang sudah mati itu diklaim tidak dapat menyebabkan penyakit. 


Teknologi

MASUK DAFTAR
Home
Nasional
Politik Hukum & Kriminal Peristiwa
Internasional
Asean Asia Pasifik Timur Tengah Eropa Amerika
Ekonomi
Keuangan Energi Bisnis Makro
Olahraga
Sepakbola Moto GP F1 Raket
Teknologi
Teknologi Informasi Sains Telekomunikasi Otomotif
Hiburan
Film Musik Seleb Seni Budaya Music At Newsroom
Gaya Hidup
Health Food Travel Trends
Fokus
Kolom
Aku & Jakarta
Music at Newsroom
Terpopuler
Infografis
Foto
Video
TV
Indeks
Download Apps
Ikuti Kami

Home Nasional Internasional Ekonomi Olahraga Teknologi Hiburan Gaya Hidup Fokus Kolom Terpopuler Infografis Foto Video Indeks
Home Teknologi Sains
Empat Tipe Vaksin yang Dipakai untuk Vaksinasi Covid-19
CNN Indonesia
Rabu, 23/12/2020 11:49

Ilustrasi. Empat tipe pengembangan untuk membuat vaksin Covid-19 (Arsip Humas Pemprov Jatim)

Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 menyampaikan vaksin corona yang saat ini tengah dikembangkan terbagi menjadi empat jenis. Setiap vaksin tersebut memiliki kandungan yang berbeda-beda.
Keempat vaksin itu adalah vaksin mati; vaksin hidup; vaksin sub-unit; dan vaksin toksoid. Vaksin juga memiliki 4 komposisi kandungan yang meliputi antigen, adjuvant, stabilitator, dan pengawet.

Vaksin mati/ inaktivasi
Satgas Penanggulangan Covid-19 menjelaskan vaksin mati adalah vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan.



Laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan vaksin mati adalah dibuat dari mikroorganisme (virus, bakteri dan lain-lain) yang telah dimatikan dengan proses menggunakan bahan kimia tertentu atau secara fisik. Mikroorganisme yang sudah mati itu diklaim tidak dapat menyebabkan penyakit. 

Lihat juga:Kenali 4 Jenis Vaksin Berdasarkan Kandungan di Dalamnya
Vaksin yang diinaktivasi tidak selalu bisa merangsang timbulnya respon imunitas. Penerima vaksin juga mungkin tidak kebal seumur hidup. Diperlukan beberapa dosis untuk untuk bisa menimbulkan respon kekebalan yang memadai.

Vaksin sel utuh yang diinaktivasi tidak berisiko menimbulkan penyakit karena tidak mengandung komponen hidup dari kuman.

Contoh vaksin inaktivasi
Vaksin China Sinovac yang diuji di Indonesia (Fase 3), Beijing Institute of Biological Products/ Sinopharm (Fase 3); Bharat Biotech (Fase 3); Wuhan Institute of Biological Products/ Sinopharm (Fase 3); Institute of Medical Biology, Chinese Academy of Medical Sciences (Fase 2); dan Research Institute for Biological Safety Problems (Fase 2).

Vaksin hidup
Jenis vaksin yang dibuat dari mikroorganisme patogen virus atau bakteri hidup yang telah dilemahkan di laboratorium. Mereka akan tumbuh dalam tubuh penerima vaksin tetapi tidak akan menyebabkan sakit atau hanya sakit ringan karena sudah dilemahkan.

Vaksin hidup dapat merangsang respon kekebalan (respon imun) dengan baik, sama baiknya seperti ketika orang tersebut terinfeksi oleh virus atau bakteri di alam. Respon imun adalah pertahanan tubuh melawan setiap benda asing atau organisme, misalnya bakteri atau virus.

WHO menilai vaksin hidup dapat memberikan respons imun sempurna, tapi kurang aman dibandingkan dengan vaksin mati.

Beberapa kekurangan vaksin hidup adalah patogen yang dilemahkan dapat berubah ke bentuk aslinya dan menimbulkan penyakit. Selain itu, vaksin jenis itu berbahaya bagi individu dengan sistem imun kompromis, misalnya HIV.

Contoh vaksin hidup
Codagenix/ Serum Institute of India (Fase 1); india Immunological Ltd/ Griffith University (Fase1); dan Meissa Vaccines (Fase 1).

Teknologi

MASUK DAFTAR
Home
Nasional
Politik Hukum & Kriminal Peristiwa
Internasional
Asean Asia Pasifik Timur Tengah Eropa Amerika
Ekonomi
Keuangan Energi Bisnis Makro
Olahraga
Sepakbola Moto GP F1 Raket
Teknologi
Teknologi Informasi Sains Telekomunikasi Otomotif
Hiburan
Film Musik Seleb Seni Budaya Music At Newsroom
Gaya Hidup
Health Food Travel Trends
Fokus
Kolom
Aku & Jakarta
Music at Newsroom
Terpopuler
Infografis
Foto
Video
TV
Indeks
Download Apps
Ikuti Kami

Home Nasional Internasional Ekonomi Olahraga Teknologi Hiburan Gaya Hidup Fokus Kolom Terpopuler Infografis Foto Video Indeks
Home Teknologi Sains
Empat Tipe Vaksin yang Dipakai untuk Vaksinasi Covid-19
CNN Indonesia
Rabu, 23/12/2020 11:49

Ilustrasi. Empat tipe pengembangan untuk membuat vaksin Covid-19 (Arsip Humas Pemprov Jatim)

Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 menyampaikan vaksin corona yang saat ini tengah dikembangkan terbagi menjadi empat jenis. Setiap vaksin tersebut memiliki kandungan yang berbeda-beda.
Keempat vaksin itu adalah vaksin mati; vaksin hidup; vaksin sub-unit; dan vaksin toksoid. Vaksin juga memiliki 4 komposisi kandungan yang meliputi antigen, adjuvant, stabilitator, dan pengawet.

Vaksin mati/ inaktivasi
Satgas Penanggulangan Covid-19 menjelaskan vaksin mati adalah vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan.



Laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan vaksin mati adalah dibuat dari mikroorganisme (virus, bakteri dan lain-lain) yang telah dimatikan dengan proses menggunakan bahan kimia tertentu atau secara fisik. Mikroorganisme yang sudah mati itu diklaim tidak dapat menyebabkan penyakit. 

Lihat juga:Kenali 4 Jenis Vaksin Berdasarkan Kandungan di Dalamnya
Vaksin yang diinaktivasi tidak selalu bisa merangsang timbulnya respon imunitas. Penerima vaksin juga mungkin tidak kebal seumur hidup. Diperlukan beberapa dosis untuk untuk bisa menimbulkan respon kekebalan yang memadai.

Vaksin sel utuh yang diinaktivasi tidak berisiko menimbulkan penyakit karena tidak mengandung komponen hidup dari kuman.

Contoh vaksin inaktivasi
Vaksin China Sinovac yang diuji di Indonesia (Fase 3), Beijing Institute of Biological Products/ Sinopharm (Fase 3); Bharat Biotech (Fase 3); Wuhan Institute of Biological Products/ Sinopharm (Fase 3); Institute of Medical Biology, Chinese Academy of Medical Sciences (Fase 2); dan Research Institute for Biological Safety Problems (Fase 2).

Lihat juga:Menanti Bukti Keamanan Vaksin Covid-19 Sinovac untuk RI
Vaksin hidup
Jenis vaksin yang dibuat dari mikroorganisme patogen virus atau bakteri hidup yang telah dilemahkan di laboratorium. Mereka akan tumbuh dalam tubuh penerima vaksin tetapi tidak akan menyebabkan sakit atau hanya sakit ringan karena sudah dilemahkan.

Vaksin hidup dapat merangsang respon kekebalan (respon imun) dengan baik, sama baiknya seperti ketika orang tersebut terinfeksi oleh virus atau bakteri di alam. Respon imun adalah pertahanan tubuh melawan setiap benda asing atau organisme, misalnya bakteri atau virus.

WHO menilai vaksin hidup dapat memberikan respons imun sempurna, tapi kurang aman dibandingkan dengan vaksin mati.

Beberapa kekurangan vaksin hidup adalah patogen yang dilemahkan dapat berubah ke bentuk aslinya dan menimbulkan penyakit. Selain itu, vaksin jenis itu berbahaya bagi individu dengan sistem imun kompromis, misalnya HIV.

Contoh vaksin hidup
Codagenix/ Serum Institute of India (Fase 1); india Immunological Ltd/ Griffith University (Fase1); dan Meissa Vaccines (Fase 1).

Lihat juga:RI Soal Akses Vaksin Covid-19: Tak Perlu Khawatir, Tetap 3M
Vaksin subunit
WHO menyebut vaksin subunit seperti vaksin inaktivasi, tidak mengandung komponen patogen hidup. Vaksin subunit hanya mengandung sebagian dari komponen patogen. Bagian dari patogen itu dapat merangsang pembentukan respon kekebalan.

Seperti halnya vaksin inaktivasi, vaksin subunit dianggap sangat aman karena tidak mengandung komponen hidup. Vaksin subunit dikategorikan menjadi tiga, yakni berbasis protein; polisakarida; dan konjugasi.

Menurut WHO, kemanjuran vaksin subunit tergantung dari ketelitian pengambilan bagian patogen (antigen) yang diambil untuk merangsang respon kekebalan.

Penerima vaksin subunit bisa memperoleh respon kekebalan, tetapi tidak ada jaminan bahwa memori kekebalan terbentuk dengan cara yang tepat dan benar.

Contoh vaksin subunit
Novovac (Fase 3), Anhui Zhifei Longco Biopharmaceutical. Chinese Academy of Science (Fase 2); Sanofi/ GSK (Fase 1/2); Instituto Finlay De Vacunas (Fase 1/2); Clover Biopharmaceuticals Inc (Fase 1), hingga Covaxx (Fase 1).

Metode baru
Selain keempat jenis vaksin tadi, belakangan dikembangkan metode pembuatan vaksin baru yakni dengan memanfaatkan materi genetik virus yang disasar. Metode ini dikenal dengan pembuatan vaksin mRNA dan DNA.

"Vaksin mRNA memang mirip seperti subunit antigen. Namun, subunit yang dimaksud di laman ini adalah senyawa dalam bentuk protein, bukan mRNA," jelas Ahli Biologi Molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, saat dihubungi Rabu (23/12). 

Pengembangan vaksin Covid-19 dengan metode mRNA telah dilakukan pada vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech. Sementara pengembangan vaksin dengan metode DNA belum ada yang berhasil diuji ke manusia. 

Selain itu, ada juga pengembangan vaksin dengan metode menyuntikan protein virus yang akan disasar ke virus lain yang tidak menyebabkan penyakit. Cara pengembangan ini ada dua jenis yaitu replicating viral vector dan non-replicating viral vector.

Bedanya, vaksin replicating viral vector disuntikkan pada virus yang bisa bereplikasi alias memperbanyak diri. Sementara vaksin non-replicating viral vector disuntikkan ke virus lain yang tak bisa memperbanyak diri, seperti dikutip dari Covid-19 Vaccine Tracker. Metode replicating viral vector ini digunakan pada vaksin corona besutan Oxford-AstraZeneca.

Jadi dah paham nih ya,asal vaksin yang beredar di Indonesia,efikasinya,efek sampingnya,Proses pembuatannya,dan bahan yang digunakan.

Sekarang kembali lagi kamu mau vaksin ga? Terus kira,kalau berniat untuk vaksin lebih memilih yang mana merknya?


Komentar