Kisah Covid-19

 8 Juli 2021/ 15.24 

Kisah Keluarga Besarku

Keluarga besar Untung Waspada, keluarga besarku, setiap waktu berdoa, agar terhindar dari wabah ini. Kami mengakui tidak terlalu patuh protokol kesehatan, kurang mematuhi aturan pemerintah 3 M. Menganggap jika virus ini hanya bualan saja. 

Tanggal 26 Juni 2021 adikku  yang tinggal di Citayam bersama anak dan suaminya main kerumah ibuku yang beda satu gang dari rumah kontrakanku. Alhamdulillah beberapa waktu ini adikku ini jadi lumayan sering mengunjungi Ibu dan bapakku, biasanya kami yang main kerumahnya. Alhamdulillah.

Sudah kurang lebih seminggu dia merasa gak enak badan, semua obat warung dicobanya, tapi andalan keluargaku kalau mulai ngerasa greges ya, Decolgen. Benar saja, setelah minum Decolgen adikku merasa baikan dan tidur di kasur lipat milik adik iparku. Seperti biasa kami bercengkrama, dan bermain bareng ponakanku Ojil. Adikku sempat menitipkan anaknya untuk membeli bahan bangunan untuk memperbaiki garasinya. Peluk cium sama ponakan, itu pasti.

Hari Senin Siang, adikku menelpon, video call bergrup di grup keluarga besar Untung Waspada. Sebelum lanjut apa yang akan disampaikan adikku. Aku mau bercerita kalau yang terpapar Covid19 di komplekku semakin banyak. Ada 6 rumah di satu RT, belum lagi RT lain. Cluster terbentuk dari orang yang bekerja dan pulang membawa virus ini. Atau yang sudah vaksin? entahlah?

Tetangga depan rumahku sempat protes, karena memang aku termasuk orang yang bertanggung jawab dalam penggalangan dana di -RT. Senin pagi dia sempat ngobrol padaku, biasa aku tidak menggunakan masker karena kupikir hanya di depan rumah dan bicara sebentar, sementara tetanggaku baru pulang dari belanja dan mengunakan masker dobel. Dia menyerahkan uang donasi kepadaku sebesar 200 ribu. Untuk diserahkan pada ibu RT yang terlalu bergantung padaku.

Gak usah di ceritain deh gimana bergantungnya, pokoknya kalau aku gak gerak dia juga. Aku coba menjauh nih selama isoman, supaya aku gak dibayang-bayang dia sih. Lagi males ngurusin orang dan panik apakah aku terpapar juga atau tidak.

Senin siang adikku menelpon, menangis karena dia terbukti positif dan anaknya juga positif, suaminya negatif Covid19. Kenapa akhirnya dia swab PCR? karena keluarga kakak suaminya yang biasa dititipi anak mereka saat bekerja ada anggota keluarganya yag hasil tes swabnya positif. Curiga maka dia juga ikutan Swab PCR.

Senin siang, aku berhasil membujuk ibuku untuk melakukan tes swab antigen secara mandiri di klinik Sophia Medika dekat rumahku. atu jam kemudian hasilnya keluar. Alhamdulillah kita negatif. Sudah ku bilang supaya Adikku, Adik iparku dan Bapak yang tinggal bareng sama Ibu dan Bapak untuk swab antigen, ya Allah susah sekali memintanya, tapi setelah di rayu oleh Ibu, akhirnya berhasil juga mereka mau swab antigen,ya memang caraku lebih ke memaksa daripada menggunakan strategi rayuan. 

Hasilnya? Bapak sama adikku yang laki-laki negatif dan istri adikku positif. Panik, passti. Aku coba menghubungi grup RT untuk mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya, karena kami terpapar, setelah swab antigen di hari Senin, adik iparku bikin bakso dong buat kita. 

Ternyata proses pantau di komplekku, siapapun yang kontak erat dengan yang terpapar Covid19 harus di tracing dengan swab PCR di Puskesmas yang dilakukan setelah 5-8 hari salah satu anggotanya terpapar. Selama itu, kami isoman alias isolasi mandiri. Tidak hanya saat PCR keluar negatif berarti kita bebas pantau dari isolasi mandiri, tapi setelah hari ke 15 jika diperiksa semua anggota keluarga tidak ada gejala, maka akan diberikan surat berisi lepas pantau, jika masih bergejala, isomannya ditambah 3 hari. Selama menunggu PCR kami diberi obat standar fkku dan vitain untuk memperbaiki sistem imun tubuh kami.

Adik iparku terdeksi positif Covid 19 pada tanggal 29 Juni 2021. Aku lapor ke grup RT tanggal 29, dan langsung dihubungi petugas pantau atau Satgas Covid19. Cukup cepat penangannnya. Aku ditelpon sama bu Bidan Warsinah, untuk menceritakan kronologinya, cukup menenangkan dengan bercerita pada bu bidan ini. beliau mendengarkan dengan sabar, dan memintaku untuk mengirimkan data, KTP dan KK, serta tanda bukti swab antigen kami melalui WA.

Kami sekeluarga sabar menunggu, sambil aku juga mengingatkan protokol kesehatan harus ditingkatkan, karena adikku dan istrinya mengungsi di mess kantor istrinya dan tinggal bersama tanpa APD, bapakku juga keinginan beraktivitas keluar rumahnya sangat tinggi sekali. Beliau memang aktif shalat di masjid 5 waktu dan aktif mengurus panti asuhan dekat rumah. Sulit sekali memahamkan pada beliau, kalau situasi di luar rumah, berbahaya bagi kondisinya yang sudah masuk usia lansia. Lagi-lagi aku menasihati dengan caraku, mental. Melewati ibuku, berhasil.

Memberi pegertian pada ibuku relatif lebih mudah. Ibu mudah paham dan memang jarang keluar rumah juga selama masa pandemi, kalau bepergian juga menggunakan ojek online walaupun sebenarnya beliau lebih suka menggunakan angkot daripada transportasi online. Perlahan, semoga kedua orangtuaku mau mengubah kebiasaannya ya, sulit memang memberi pemahaman pada orangtua daripada anak-anak. Paling mentok-mentoknya ya, berdoa saja.

Adik-adikku dan adik iparku malah beda lagi pemahamannya, menurut mereka situasi yang ada sekarang ini dibuat-bat, gak ada sebenarnya. Ada elit politik yang mau depopulasi dan lain-lain. Aku sampai marah-marah di grup keluarga, aku bilang kalau semua ini nyata. Terserah deh ini usaha pemerintah untuk apa, tapi virusnya benar-benarnyata dan ada. Virus ini menyebar melalui droplet dan menempel di benda mati dalam jangka waktu yang lumayan lama.

Tetanggaku yang kasusnya hapir mirip menelpon. Tetanggaku ini sudah melakuakn PCR di hari Jum'at, kenapa keluargaku belum dipanggil ya buat PCR? hari Kamis tanggal 1 Juli 2021 aku ditelpon bu bidannya untuk mengambil obat di Puskesmas, karena tidak ada petugas yang mengantar. Secepat kilat aku ke Puskesamas, dan gak ada basa-basi cuma tanya kapan kita bisa PCR terus setengah berlari menuju rumah ibuku untuk memberikan obat ke ibuku dan dikirinkan obatnya ke adik iparku di messnya. Sebentar aja, gak lama.

Galau deh, kenapa tetangga-tetanggaku sudah dihubungi sementara kami belum. Di grup keluarga sudah mulai heboh ingin lekas di PCR, yah begilah tipe keluarga besarku, gak bisa dijanjikan maunya cepet tahu, gak ada deh santai-santai gitu, hehe. Karena menurut kedua orangtuaku kalau dilakuin segala sesuatu ntar-ntar hasilnya gak bagus. Ibu juga pikir setiap orang lain butuh bantuan langsung dibantu, begitu katanya. 

Minggu tanggal 4 Juli 2021 aku telpon bu Bidan yang menjadi petugas pemantau keluarga kami, ternyata oh ternyata bu bidannya positif Covid 19 dan harus dirujuk ke Wisma Makara UI. Saat itu aku ngerasa kaya, dunia berhenti berputar, apalagi hari itu dikabarkan bahwa Jean Shalimar meninggal dunia setelah seminggu mengalami covid19 dan diduga ada badai sitokinin dalam tubuhnya. Takut, iya banget. Aku cuma berpikir takut terpapar karena bertemu bu bidan, jujur aku jadi paranoid keluar rumah. Aku merasa sangat takut, takut menularkan dan tertular, perasaanku nano-nano. 

Saat merasa seperti itu, aku gak akan tinggal diam, biasanya aku cari tahu dan menelpon petugas yang memantau keluarga tetanggaku. Mba Ajeng namanya, karena praktis dari hari Minggu bu bidannya sulit dihubungi karena dia bergejala sesak napas. Di waktu bersamaan, di grup keluargaku massih debat soal virus, prokes dan pemerintah, juga soal keluar rumah, fiuh lelah banget rasanya. Aku sampai bilang ke mereka bahwa sesak napas itu tidak menyenangkan, aku penderita asma. Saat serangan hebat dua kali menyerangku, ngomong aja susah, dtambah kepanikan, fiuh, itu bagai trauma buat aku.

Hari Minggu, bu bidan memberi tahu kalau hari Selasa kami bisa melakukan PCR sekeluarga di Puskesmas Mampang. Undangannya jam 9-10. Menurut tetanggaku, sebaiknya aku pergi kesana setengah jam sebelum, agar mendapatkan nomer muda. Aku datang lebih dulu dan meminta ibuku menyusul saat sudah dipanggil nomernya. Ternyata ibu tidak membaca pesanku, selang beberapa menit mereka sudah datang, pun adikku yang datang dari mess kantor istrinya.

Kami dapat nomer8,11,12,13. Urutan 8 untuk adikku, urutan 11 untuk ibuku, urutan 12 untuk bapakku dan 13 adalah nomer keberuntunganku, karena tanggal lahirku juga 13. Bergantian naso dan orofaring kami dicolok. Suer ini PCRku pertama kali dan alatnya agak beda dengan swab antigen aku dua kali yang lalu. Pemeriksaannya juga wew banget ya, bikin pengen muntah, dan nyolok hidungnya dalam sekali. Ibuku merasa biasa saja, adikku, aku dan bapak merasakan efek yang kurang menyenangkan. Aku sampai bersin berkali-kali dan keluar deh cairan fungusnya. Memang aku paling sensitif diantara yang lain. Penderita asma di keluarga besarku juga hanya aku.

Diperjalanan bapak bertemu dengan temannya di masjid yang sholat subuh berjamaa'ah. Sedih sih dengar statemennya gak usah di cek nanti hasilnya positif, padahal tuuannya adalah supaya bisa di tracing, inilah kenapa sulit sekali memahamkan mereka.

Alhamdulillah hasilnya tanggal 7 Juli 2021 keluar, dan masih ada drama lagi dong, punya ibuku ketelingsut. Ibu panik dan memintaku bertanya pada bidan Warsinah kenapa punya ibuku gak ada. Sikapnya pura-pura tenang, padahal panik karena punyanya belum keluar, hehe, ibu..... ibu. Hari ini tanggal 8 Juli 2021 aku merasa kurang enak badan, dan baru bangun jam 10 pagi. Biasa Ibu sama adikku sudah panik karena hasilnya ibu belum keluar. Sementara aku ada rasa gak enak juga nih sama Bu Bidannya karena sedang beristirahat pemulihan dari Covid19. Alhamdulillah selang beberapa jam setelah bertanya bu bidan memberi tahu hasil PCR ibuku, hasilnya negatif. Alhamdulillah hasil PCR kami negatif.

Pe-ernya adalah bagaimana kami menjaga kesehatan kami dengan baik menaikkan imun tubuh dan menjaga protokol kesehatan dengan baik. Kami tetap isoman sampai 5 hari kedepan. Tetap minum suplemen dan vitamin, berusaha menghibur diri. Masih belanja online dan sesekali ada kiriman dari tetangga. Kita berusaha saling hibur satu sama lain. Alhamdulillah adikku dan anaknya sudah lebih baik, adikku sudah tidak anosmia lagi, anaknya juga lahap makannya. Menelpon ponakan juga bisa bantu menghibur kami.

Ya Allah semoga setelah 14 hari isoman, adikku, ponakanku dan iparku yang positif covid, setelah swab lagi hasilnya negatif. Alhamdulillah adikku, anaknya dan adik iparku terpapar covid 19 ringan.

Semoga kami sekeluarga selalu diberi kesehatan, dijauhkan dari virus covid19 ini, dan kita bisa jaga prokes ketat, dan benar-benar di rumah aja. Semoga pandemi ini lekas berlalu, dan semua berjalan kembali seperti seharusnya. Amiin ya robbal'alamiin. Kalian tetap jaga iman, imun dan keamanan ya. Semoga semua yang membaca ini terus sehat ya. Amiiin.


Komentar