Review Film "Emily in Paris"


 9/10/2020 20.37 WIB

Almost everyone know about this movie. Film ini genrenya Komedi romantis sih menurutku. Awalnya aku nonton film ini karena temen blogger aku Letisia Maharani share di instagramnya soalan film ini yang keren banget. Film ini nyeritain tentang seorang wanita yang bekerja di dunia periklanan. Dia menggunakan kreativitas dirinya di sosial media untuk menggaet klien-klien kawakan di Perancis.

Emily namanya. Dari awal film, pemeran utamanya sudah sangat mencuri hati aku nih, bayangin, gimana gak mencuri hati Emily selain cantik, tapi gak patah semangat saat bos Perancis dan temen-temen Perancisnya nge-bully, dia tetep tegar dan berusaha membuktikan kemampuannya, jarang kan ada orang kaya gitu. Aku sendiri aja kalau di julid-in suka jadi down gitu.

Selain itu baju2 yang dipakai sama Emily tuh menggemaskan banget. Kaya lihat boneka barbie hidup gitu. Baju2nya santai berkelas gitu dan ada aja pernak -pernik yang dipakai membuat Emily terlihat menggemaskan.

Emily tadinya bekerja di Amerika Serikat, tapi karena bosnya mendadak hamil dan tidak bisa bepergian jauh, Emily menjadi orang yang mewakili bosnya. Emily menerima tawaran bosnya di Amerika dengan rasa percaya diri, padahal dia tidak bisa berbahasa Perancis, kalo bahasa kita mah, nekad.

Serial "Emily in Paris" menurutku sih paket lengkap. Ada drama romantisnya, drama di kantor dan ada trik-trik marketingnya juga melalui sosial media serta budaya orang-orang Perancis. Dalam film ini jelas banget di kasih lihat bagaimana Emily mendapatkan banyak follower dengan unggahan-unggahannya di sosial media yang up to date dan kreatif. 

Emily bekerja di perusahaan Perancis bernama Savoir yang membantu para kliennya untuk membuat iklan, tapi karena kelihaiannya beberapa kali Emily diajak untuk menjadi pemengaruh atau bahasa kerennya influencer sebuah produk tanpa menggunakan Savior. Rerata orang di Perancs, menganggap Savoir itu masih menggunakan cara lama, sehingga mereka menolak bekerjasama dengan Savoir, tapi berkat Emily Savoir mendapatkan banyak klien.

Salah satu klien yang diinginkan oleh bos Emily di Paris adalah bekerja sama dengan desainer ternama Pierre Cadault, tapi sayangnya Emily membuat kesalahan yang bukan salahnya. Emily berhasil meminta Pierre untuk menyumbangkan salah satu bajunya di malam amal, dengan cara lelang. Pierre mendapatkan pembeli bajunya desainer bernama Grey Space yang juga sedang terkenal di Paris dan bersaing dalam Fashion Week dengan Pierre Cadault. Malangnya baju Pierre jatuh ke Grey Space dan baju putih gaun yang indah dibuat jadi abstrak oleh Grey Space

Pierre marah dan membatalkan untuk ikut Fashion Week dan bekerjasama dengan Savoir. Bos Emily marah besar, dia di pecat. Ternyata di Paris untuk memecat seseorang itu membutuhkan waktu yang cukup lama, jadi menurut teman sekantor Emily, sebaiknya Emily merayu bosnya supaya bisa kembali bekerja. Benar saja, beberapa minggu kemudian Emily kembali diterima mejadi karyawan di Savoir, karena Pierre Cadault, memenangkan festival fashion Week di Paris.

Karena Paris adalah kota mode, maka acara Fashion Week ini adalah acara yang sangat bergengsi. Pierre membuat desain yang di luar kebiasaannya. Yang tadinya putih elegan menjadi colourfull dan sedikit norak, tapi ide briliannya mampu membuatnya menang dari Grey Space.

Kisah cita Emily tragis-tragis bahagia sih. Emily putus dengan kekasihnya yang di Amerika, giliran naksir orang Perancis eh pacarnya temennya sendiri, nasib-nasib. Hmm, di 10 episode ini menurutku, Emily terlalu mudah jatuh cinta. kayaknya sih gak harus segitu pelampiasannya sih sama lawan jenis untuk melupakan cowok Paris yang ditaksir sama dia. 

Emily punya temen ngobrol di Paris, namanya Mindy, dia asli Tionghoa. Mindy pergi ke Paris alasannya untuk sekolah bisnis, padahal sebenarnya dia melarikan diri dari kegagalannya menjadi penyanyi idola di tiongkok dan gagal masuk sekolah bisnis. Untuk kembali pulang ke Tionghoa dia merasa sangat malu, sehingga Mindy akhirnya menjadi pengasuh di salah satu apartemen, Mindy tinggal bersama keluarga itu.

Cowok yang di taksir Emily ternyata pacarnya Camile, orang yag sudah berbaik hati padanya saat menawar bunga. Jadi diceritakan dalam film tersebut kalau orang Paris itu gak bisa bersikap ramah sama orang luar negeri dan gak mau diatur. jam kerja mereka cenderung santai, masuk jam 10 pagi dan pulang jam 15. Mereka berpikiran kalau waktu kerja itu harus efektif dan efisien, sisanya hiduyp bahagia, enak banget yak, jadi inget UU Cipta Kerja, hehe. Gak mau bahas itu deh, cukstau aja sama UU yang gak mihak rakyat ini.

Emily in Paris menurut aku nilainya 9 deh untuk sebuah film yang menceritakan bagaimana seorang pemengaruh bisa mempengaruhi banyak orang melalui akun sosial medianya. Dan OOTD itu penting banget buat dukung kamu sebagi seorang influencer. Kamu, yang baca ini, apakah seorang influencer? sudah berapa berpengaruhkah kamu buat orang lain?


Komentar

  1. gak sabar nunggu season 2 nya nih, penasaran sama kelanjutan kisah cintanya Emily :D

    BalasHapus
  2. Wah,bakalan ada ya,pantesan soalnya ceritanya nanggung gt yak.

    BalasHapus

  3. jam kerja mereka cenderung santai, masuk jam 10 pagi dan pulang jam 15. Mereka berpikiran kalau waktu kerja itu harus efektif dan efisien, sisanya hiduyp bahagia.

    Kapan di negara kita bisa kayak gitu ya kak hi hi ngarep

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya. Insyaallah saya akan berkunjung balik. Silahkan berkomentar dengan sopan, dan berbagi tips untuk sesama pembaca.