Pelayanan Kesehatan Inklusif Bagi Penyandang Disabilitas

5/12-2019/23.07
Bergaya di depan ruangan Swabessy dulu deh dengan baju kuning cantik dan teman blogger

Pagi itu aku bergegas menuju Kemenkes untuk mengikuti talkshow dalam rangka memperingati hari disabilitas internasional di Kemenkes di ruang Swabessy. Aku berangkat bersama dengan orang pergi kerja,kereta yang kunaiki padat bukan main. Ya, kali ini acaranya pagi hari, jam 7.45 WIB aku harus sudah berada di TKP.

Sesampainya di Ruang Swabessy, alhamdulillah tepat waktu, perjalananku cukup lancar dari rumah ku di Depok kurang lebih 1 jam. Aku bertemu Mak Dewi di meja pendaftaran. Rupanya beliau sedang menunggu baju berukuran XXL, alhamdulillah ada temannya. Aku termasuk ukuran itu nih bajunya. Wah alhamdulillah bajunya lucu, warnanya kuning terang dan bahannya adem. Panitia meminta peserta untuk segera menggunakan baju berwarna kuning cantik ini.  Aku, Mak Dewi dan beberapa teman blogger berganti baju di toilet.

Seperti biasa nih, kalau acara belum mulai, aku tuh paling gak betah duduk manis. Yup, yang aku lakukan biasanya ngobrol sama sesama teman blogger atau ambil foto sebanyak-banyaknya, kalau ini wajib hukumnya. Setelah ambil foto sampai puas untuk bahan tulisan, aku dan Kak Ifa bersantai makan snack dari Kemenkes. Salut aku tuh snacknya sehat sekali, ada 5 macam buah-buahan (j
Jeruk,Anggur,Salak,Kelengkeng dan Pisang), giliran mau minum bingung lah aku, karena panitia tidak menyediakan botol air mineral. Kak Ifa mengingatkan kalau Kemenkes memang tidak menyediakan botol air mineral, tapi sudah disiapkan tumbler untuk diisi air minum, panitia hanya menyediakan air galon. Wah salut to the max, beneran komitmen untuk sehat dan jaga lingkungan banget.

Sudah beberapa menit berlalu, sudah puas swafoto, wefie, dan kenyang makan snack yang diberikan, ngapain lagi yah, acaranya belum dimulai. Tak lama kemudian, datang serombongan anak SD yang terlihat menggunakan alat bantu dengar, aku dan Kak Ifa coba mendekati rombongan tersebut, ternyata mereka adalah siswa-siswi dari sekolah Yayasan Santi Rama. Langsung deh foto bareng sama mereka yang ternyata tuna rungu. Mereka tidak bisa mendengar, sehingga komunikasinya dengan membaca bahasa bibir atau bahasa isyarat.

Foto bersama siswa-siswi Santi Rama penyandang tuna rungu.

Tidak lama kemudian, datang serombongan anak perempuan menggunakan baju daerah Papua. Cantik-cantik sekali. Mereka ternyata juga sama, penyandang tuna rungu. Subhanallah, tapi mereka pakai kostum baju daerah berarti mereka bisa menari ya. Aku bertanya pada gurunya cara mengajarkan mereka bagaimana, ternyata mereka tidak mendengarkan lagunya tapi menghitung gerakannya, masyaallah tabarakalah.


Ada 5 orang anak sebenarnya,tapi jiwa mainnya tinggi mereka,jadinya aku candid deh.

Diantara para guru yang menggunakan baju seragam, ada seorang wanita cantik tidak menggunakan seragam, yang asyik membantu murid-murid dari Santi Rama untuk tenang, mereka sama seperti siswa-siswi kelas 3 pada umumnya, senang bermain dan berlarian. Kuhampiri wanita itu, kenapa ada disini, sedang apa? Dari pertanyaan singkat itu ada kisah yang mau ku bagikan. Putri sudah mengijinkanku untuk menuliskannya disini.


Putri namanya, anak pertamanya bernama Kika. Kika dilahirkan dalam keadaan tuna rungu, Putri mengetahui keganjilan pada anaknya sejak usia 1 tahun. Waktu itu Kika diundang ke acara ulang tahun temannya, tiba-tiba balon yang ada di dekat segerombolan anak-anak pecah. Beberapa anak merespon dengan berlari, sisanya menangis. Kika tidak, dia hanya diam seperti tidak terjadi apa-apa. Putri merasa ada yang aneh dengan anaknya, diperiksakanlah Kika ke dokter anak. Hasil diagnosa Kika sangat mengejutkan. Kika menderita tuna rungu sejak lahir dikarenakan virus rubella yang bertengger di tubuh Putri saat hamil Kika.

Lemas seketika Putri mendengar itu, seminggu dia tidak bisa menerima keadaan, enggan makan dan keluar kamar, dunia seakan runtuh. Putri gak tahu gimana cara kasih tahu keluarga dan teman-temannya, bukan, bukan rasa benci yang bertengger di hati Putri pada keadaan ini, tapi malu karena Kika berbeda dengan anak lainnya.

Sampai pada akhir minggu  depresinha dokternya dan keluarga terdekatnya menyemangati. “Put, lo harusnya bangga dapetin Kika, banyak loh orang yang pengen banget punya anak tapi belum dikasih juga sampe sekarang.” Atau. “ Put, kalo lo dikasih anak kaya gini, berarti Tuhan tahu kalo kemampuan lo melebihi orangtua lain pada umumnya.” Dari beberapa ungkapan ini Putri mulai bangkit. Tapi tidak serta merta membawa Kika kemana-mana dan mengatakan bahwa Kika berkebutuhan khusus. Setiap playdate dengan teman-temannya Kika gak pernah dibawa, sampai usia Kika 3 tahun, barulah Putri mulai membawa Kika ketemuan sama teman-temannya. Putri tidak memberitahu mereka tentang kekurangan anaknya, Putri memilih supaya teman-temannya mengetahui keadaan Kika dengan sendirinya.

Setelah bisa menerima keadaan Kika, anugerah dan bakat Kika mulai terlihat, matanya secepat Elang, otaknya cerdas sekali dan sekarang pintar menari. Alhamdulillah sempat foto bersama Kika di backstage.

Ka-ki : Aku,Kika dan Putri

Puas berkisah dengan Putri, acara masih belum mulai juga. Di acara talkshow kali ini, ada meja besar di depan meja peserta, sepertinya diperuntukkan orang-orang istimewa, benar saja, di pojok kanan di kursi dengan meja bundar di tengahnya ditempati oleh orang-orang istimewa dari Gerkatin (Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia). Kalau tadi dengan anak -anak kecilnya, di Gerkatin rata-rata usia dewasa tua.

Satu meja ini semuanya penyandang tuna rungu. Senang bisa verfoto bersama mereka.

Mereka menggunakan bahasa isyarat SIBI (Sistem Istilah Bahasa Indonesia) dan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia). Mereka ramah, dan aku jadi belajar beberapa bahasa isyarat. Penterjemahnya masih muda. Pernah kan lihat di televisi tentang orang yang ada di bawah layar menggerakkan tangannya sebagai isyarat, ya,mereka bisa melakukannya dengan fasih.

Alhamdulillah akhirnya acara di mulai tepat jam 10 pagi dibuka oleh Kepala Bagian Dirjen Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Ibu Cut yang menjelaskan bahwa peringatan hari disabilitas ini diperingati puncaknya pada tanggal 3 Demseber di area Car Free Day Jakarta, akan ada lomba lari dan bazar hasil karya dari anak-anak penyandang disabilitas.

Ibu Cut selaku kepala Bagian P2PTM mensosialisasikan acara yang diadakan oleh Kemenkes dalam rangka memperingati hari disabilitas Internasional  yang puncaknya adalah tanggal 3 Desember 2019.

Setelah itu bapak Dirjen P2PTM Bapak Hanum, mengajak masyarakat untuk menghilangkan stigma bahwa orang yang memiliki disabiltas tidak bisa apa-apa . Malah justru seharusnya diajak berinteraksi dan bekerja sama. Pak Dirjen membuka acara dengan memukul gong dan foto bersama kementerian sosial dan penyandang disabilitas (tuna netra, tuna rungu dan tuna daksa).

Foto bersama Dirjen p2 ptm,kepala bagian p2ptm dari Kemenkes. Perwakilan dari kemensos dan setiap organisasi yang bekerja di komunitas penyandang disabilitas.

Sebelum meninggalkan lokasi Pak Dirjen memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya. Peserta dari Gerkatin ingin mengajukan hal tentang permasalahan yang dihadapi. Dibantu dengan penterjemahnya Ibu Sumiyati meminta Kemenkes untuk menyediakan pegawai rumah sakit yang paham bahasa isyarat. Karena pada saat ini saat penyandang disabilitas datang, khususnya bagi penyandang tuna rungu, pegawai kesehatan di rumah sakit langsung panik, karena tidak mengerti bahasa kami.

Bu Sumiyati dari Gerkatin meminta Kemenkes menyediakan fasilitas bahasa isyarat,sehingga komunikasi gerjadi dua arah dan lancar.
Alhamdulillah ternyata Kemenkes membuat buku saku tentang bahasa isyarat, yang bisa digunakan oleh petugas kesehatan dimanapun berada. Tidak mudah loh mempelajari dan mengartikannya, karena butuh latihan berulang-ulang, berarti mereka lebih cerdas kan dari orang non disabilitas?
Beberapa bahasa isyarat yang ada di dalam buku saku bahasa isyarat seputar kesehatan

Setelah itu ada bapak penyandang tuna daksa, yang merasa perlu ada tempat tidur khusus atau jalur khusus sehingga para penyandang tuna daksa ini tidak kesulitan dan menyulitkan orang lain, yang sudah terjadi bapak ini merasa di gotong-gotong seperti kambing guling kesana kemari, karena keterbatasan jalur dan fasilitas kasur yang memadai.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan Undang-Undang yang menyatakan hak penyandang disabilitas adalah sama dengan orang non disabilitas, mereka juga dapat bekerja seperti orang pada umumnya. dalam UU no. 8 tahun 2016, disampaikanoleh Ibu dr. Tiza dari Perdossi (Persatuan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia). Ada banyak lagi pasal yang juga mengatur bangunan dan fasilitas jalan khusus untuk penyandang disabilitas. Harapannya penyandang disabilitas bisa berkarya dan menjadi Sumber Daya Manusia yang Unggul.

Dari ka-ki (dr. Tiza dari Perdossi, Bu Wiwik dari Kemensoso, dan bapak dari Kemenkes mewakili Angkie staf kepresidenan yang tuna rungu.)

Setelah bu Tiza yang memaparkan undang-undang terkait penyandang disabilitas, ada ibu Wiwik dari Kementerian Sosial yang menjelaskan apa yang dimaksud dengan disabilitas. Disabilitas itu adalah keterbatasan fisik dan mental atau sensorik dalam jangka waktu yang lama, bahkan seumur hidupnya. Kemajuan para penyandang disabilitas ini biasanya terhambat karena kerterbatasan fungsi, interaksi, lingkungan dan keluarga. Untuk kemajuan penyandang disabilitas biarkan mereka percaya diri sehingga lebih mandiri tidak tergantung pada orang non disabilitas di sekitarnya.

Kemensos sedang menggarap SIMPD ( Sistem Informasi Manajemen Penyandang Disabilitas) sehingga penyandang disabilitas kelak mendapatkan kartu khusus yang digunakan untuk mendapatkan akses asuransi, melek braille dan penyedia kesehatan. Diharapkan SIMPD inidapat menggambarkan demografi, karakter dan kebutuhan dari penyandang disabilitas di Indonesia.

Pelayanan kesehatan inklusif bagi penyandang disabilitas adalah dengan menghilangkan hambatan, penghormatan perbedaan, kesetaraan hak asasi praktisi penuh dan akses pelayanan kesehatan dan proses pelayanan kesehatan yang tidak dibedakan dengan non disabilitas.

Akan ada 5 strategi yang dijalankan oleh Kemenkes5 tahun ke depan dalam memfsilitasi penyandang disabilitas.

  1. Penguatan advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor untuk kewujudkan implementasi kebijakan dan aturan layanan kesehataninklusif disabilitas.
  2. Penguatan peran serta masyarakat termasuk Penyandang Disabilitas dan kerjasama dengan sektor kesehatan.
  3. Peningkatan akses pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan memperhatikan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.
  4. Penguatan sistem surveilannserta pemantauan dan evaluasi kegiatan.
  5. Penyediaan tenaga kesehatan yang mampu melayani Penyandang Disabilitas.


Dalam hal ini Kemenkes dan Kemensos akan bekerja sama menyediakan fasilitas kesehatan, umum dan kesetaraan hak bagi penyandang dissabilitas dan non disabilitas. Yuk, bantu mereka untuk lebih mandiri dan berkarya menjadi SDM yang unggul. Sedikit-sedikit, boleh juga nih belajar bahasa isyarat, untuk bisa berkomunikasi dengan mereka.




Komentar