23 Oktober 2019/12.10
Arus informasi sekarang didapatkan dengan sangat mudah, lewat sentuhan satu jari blaarr, informasi dari belahan dunia manapun bisa diketahui, benar atau benar? Bahkan untuk sebagian kaum hawa memiliki aplikasi pembelanjaan online sudah hal yang biasa. Kalau gak punya sosial media jaman sekarang tuh kayaknya bakal di cap norak, konvensional, dan saat bilang gak punya sosial media, pasti lawan biacara atau yang bertanya akan menganga dan bilang, hari gini? Gak punya sosial media?
Ya sih, sekarang tuh segala hal yang tadinya harus di dapatkan dengan usaha pergi ke suatu tempat, sekarang menggunakan sosial media dan jari telunjuk, voila, langsung hadir depan mata, hehe. Nah, tapi perbahan gak selamanya bagus nih, atau bagus buruknya tergantung kita , kaum hawa sebagai pengguna sosial media. Kenapa kaum Hawa? Kaum Adamnya kenapa? bukannya kaum Adam juga termasuk kaum yang menggunakan sosial media terbanyak dibandngkan kaum hawa? Yup betul sekali.Cek di sini.
Tapi, kaum hawa bisa pegang kendali, makanya aku gunakan kaum Hawa sebagai judul tulisanku kali ini. 17 Oktober 2019 kemarin Kementerian Agama melalui Bimbingan Masyarakat Islam mengundang Ibu-ibu Majelis Taklim dan Blogger untuk mensosialisakan peranan perempuan dalam bersosial media. Kaum Adam memang menggunakan sosial media lebih banyak dari kaum Hawa , tetapi efeknya lebih dahsyat pada kaum hawa. Kaum hawa ini penjaga keluarga. Bimas Islam memaparkan melalui Ibu Trisna Willy jika banyak perceraian terjadi karena sosial media, bergeser bukan lagi karena permasalahan ekonomi. Baru-baru ini juga ada info terkait kasus Bapak Wiranto yang menyebabkan seorang Dandim harus turun jabatan karena isi sosial media istrinya. Menurut Bapak Muhammadiyah Amin (Dirjen Bimas Islam) kaum hawa adalah pilar rumah tangga, jika kaum hawanya goyah maka keluarga yang akan merasakan keburukan.
Bukan hanya kaum hawa sih yang harus bekerja keras dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Harus ada kerjasama dari kaum Adam maupun kaum Hawa. Tapi kunci utamanya ada di kaum hawa, karena kaum hawa alias Ibu adalah orang yang pertama, madrasah pertama untuk anak-anaknya kelak dan bisa mengkonter dengan lebih baik, hal-hal yang tidak berguna untuk anak dibandingkan ayah. Ayah akan lebih fokus bekerja dan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara Ibu hampir seharian bersama anak-anak di rumah.Kerjasama antara kedua orangtua ini memang mau tidak mau diawali oleh kaum hawa.
Menurut Ibu Trisna Willy selaku penasehat Dharmawanita Kementerian Agama sebagai seorang wanita, ibu dan istri harus bisa menjaga keluarga dengan tidak memposting hal-hal yang akan membahayakan keluarganya. Seperti yang terjadi belakangan ini tentang kasus istri Dandim, bukan hanya itu saja, tapi terkadang dalam penyebaran berita yang belum benar kepastiannya, kaum Ibu menjadi nomer satu. Bukan karea ingin menyebarkan hoax niatnya, tapi naluri untuk menjadi nomer satu yang men-share yang harus dihilangkan. Cek dulu, baca dulu jika dapet kiriman tulisan,cerna dulu maksud tulisannya, jangan langsung di share. Jika itu berita bohong, maka kaum hawa akan mendapatkan dosa bergulung atau berlipat, ngeri. Be aware, sekarang bukan Mulutmu harimau mu, tapi Jari-jemarimu adalah Harimaumu, jika digunakan dengan cara yang tidak seharusnya. Jejak di dunia digital itu tidak akan terhapus, jadi buatlah postingan yang bernilai positif dan bermanfaaat untuk orang lain. Tabayyun sebelum menyebarkan berita yang belum tentu benar adanya.
Narasumber yang diundang oleh Kementerian Agama dalam seminar Sehari "Pengarusutamaan Gender" dengan judul "Perempuan daan Media Sosial;Peran Perempuan Menghadapi Pengaruh Sosial Media dan Menjaga Ketahanan Keluarga" berdaging semua, ilmu-ilmunya sangat bermanfaat untuk tamu yang datang ke seminar sehari dari bimas Islam ini.
Narasumber pertama adalah Prof.DR.Drs.H. Henry Subiakto,SH, MA selaku staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum,Beliau akan mensosialisasikan bagaimana Upaya Pemerintah Meretriksi Akses Internet untuk Anak. Menurut beliau, sebenarnya pemerintah belum benar-benar bisa meretriksi akses internet untuk anak, orangtua lah yang paling berperan dalam menjaga anak-anak dalam menggunakan sosial media. Pemerintah hanya membantu dalam hal Undang _Undang dan memblokir beberapa website yang mengandung pornografi, rasis, perekrutan organisasi terlarang, propaganda dan games online yang tidak diperbolehkan.
Pemerintah sejak tahun 2017 sudah memblokir lebih dari 8000 situs porno menggunakan mesin crawling. Tapi hasilnya masih tetap ada situs porno karena mati 1 situs tumbuh seribu. Sementara untuk game online, tidak bisa dihapuskan semua, karena ada beberapa game online yang masuk dalam kategori olahraga di ASIAN GAMES. Warga Indonesia di Bandung juga sedang giat dalam membuat bisnis game online, jadi simalakama. Disinilah pentingya orangtua dalam memfilter tontonan anak di sosial media. Sementara pemerintah akan terus bekerja sama untuk menghapus situs-situs yang tidak seharusnya ditonton oleh anak dan menmberlakukan UU ITE. Cek di sini tentang UU ITE.
Selain itu Kemkominfo juga bekerjasama dengan banyak pihak yang memproduksi konten positif seperti progran Gen Posting, Cyber Kreasi, Indonesia Baik, Parade Nusantara, dll. Hal ini dilakukan karena jejak digital itu tidak akan hilang sehingga dihimbau untuk memposting halhal yang sifatnya positif. Biasanya jika seseorang membuka akun yang tidak senonoh sebanyak tiga kali berturut-turut, maka akan terekam jejaknya. Contoh kasus yang disampaikan Pak Henry adalah ada seorang anak yang mendapatkan kiriman dari google, tentang kehamilan, sontak sang Ibu terkejut saat sedang mengecek sosial media anak, ternyata saat di cek oleh google, anak tersebut pernah mencari tahu seputar kehamilan, di jam, dan waktu yang sangat detil, ngeri ya. Itulah kenapa anak-anak harus sangat dijaga dari papapran sosial media.
Narasumber kedua adalah Erick Mubarok yang merupakan Pendiri Sekolah Keluarga. Beliau memberikan Tips-tipsMembentuk Keluarga Multimedia Berselancar di Dunia Maya. Menurut Erick, sosial media memiliki dua mata pisau. Jika bijak digunakan dengan baik, maka akan berakibat positif, jika digunakan untuk keburukan hanya akan menyiksa diri sendiri dan menyebarka keburukan untuk banyak orang, naudzubillahimindzalik. Pengaruh buruk sosial media antara lain: ponografi,hoaks,bullying,anti sosial, phising,penipuan, candu dan aksi kekerasan. Pengaruh buruk ini akan berefek pada kehidupan anak ataupun orang dewasa karena tidak bijak dalam menggunakan sosial media. Pengaruh positif sosial media jika digunakan akan mempermudah kita dalam mengerjakan banyak urusan dan menambah wawasan. Kebaikan sosial media antara lain adalah: sumber wawasan, media komunikasi,refreshing,kreativitas,cari informasi, sarana bisnis/usaha, media belajar, jalan popularitas.
Jika masyarakat menemukan konten yang tidak sesuai beredar,ajukan delik aduan ke website pemerintah berikut ini.
Mau tidak mau orangtua harus bisa menerima kemajuan teknologi. Semua sekarang jaman surga, lewat sentuhan jari apa yang diinginkan bisa tercapai.Tonton deh Videonya. Teknologi menguasai segala bidang yang ada di dunia. Teknologi akan semakin maju, less paper itu akan terjadi, jadi sebagai orangtua sebaiknya mengiupgrade dirinya sehingga bisa membuat para orangtua memproteksi anaknya, dan lebih smart dari anak-anaknya.
Erick Mubarok memberikan beberapa tips bijak dalam bersosial media:
1. Orangtua wajib hukumnya menentukan aturan pada anak dalam menggunakan sosial media. Berikan durasi dan waktu penggunaan, maksimal dalam 1 hari itu 2 jam bagi anak terpapar sosial media. Berikan aturan jelas, seperti diperbolehkan menggunakan sosial media setelah membantu mencuci piting, atau boleh pakai sosial media tapi saat waktunya sholat harus sholat.
2. Orangtua harus melibatkan diri dalam menampingi dan memilih konten atau aplikasi yang baik bersama anak. Ajak anak berpikir kritis, sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
3.Ajari anak tentang privasi. Ajari anak untuk mengatur setting privasi di akunnya.Pantau foto dan video yang diunggah anak. Ingatkan anak untuk tidak menyebarkan email dan nomer HP di media sosial.Password hanya boleh di share ke orangtua. Ajari anak untuk membuat username unik yang tidak bisa langsung di tebak.Ingatkan anak untuksegera lapor jika ada perbuatan yang tidak menyenangkan dalam sosial medianya.
4.Setting aplikasi anak, sehingga dapat di cek berkala dan tontonan yang muncul sesuai dengan batasan usia anak.
Berikut ini aplikasi yang bisa digunakan untuk memproteksi media sosial anak.
Untuk menyaring konten youtube gunakan cara yang satu ini.
Untuk menyaring konten dari Google Chrome, gunakan cara ini.
Narasumber ketiga adalah Rahmi Dahnan, S.Psi., M.Pd. beliau sangat concerndalam peran ibu menghadapi pengaruh media sosial dalam pendidikan anak. Beliau termasuk orangtua yang banyak belajar dari anak. Memiliki akun instagram saja baru beberapa jam sebelum acara di mulai, luar biasa. karena Rahmi merasa dirinya bukan kaum milenial, sehingga dia hanya menggunakan media sosial facebook dan Whats app yang menurut anaknya sudah jarang dipake oleh anak muda jaman sekarang. Anak muda jaman ekarang banyak menggunakan sosial media seprti instagram, twitter, line dan youtube dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya.
Fenomena atau masalah yang terjadi di keluarga Indonesia adalah banyak arus informasi yang masuk, tapi tidak disaring terlebih dahulu. Bahkan anak-anak sudah memegang gadget sebelum kemampuan berpikirnya berkembang. Anak-anak selalu menyukai hal-hal yang baru. Anak-anak tidak memiliki pemikiran seperti orang dewasa yang bisa menyaring mana hal baik dan hal buruk, ini yang kadang terabaikan oleh orangtua.
Saat acara keluarga atau kumpulan orangtua, biasanya anak-anak dibiarkan berkumpul dengan anak-anak tanpa pantauan orangtua. Kalau mereka melakuakn aktivitas fisik, seperti berlarian saja ada yang menjaga supaya tidak jatuh, apalagi berselancar di dunia maya. Anak bisa saja membuka banyak hal yang tidak seharusnya karena permintaan teman sebayanya, dan itu sangat bahaya sekali.Mereka dapat bertukar games online baru bahkan informasi yang nyerempet ke pornografi. Naudzubillahimindzalik.
Hati-hati Ibu, pornografi kadang tidak hanya masuk melalui situs pornografi tapi menyusup melalui game online.Kecanduan game online juga akan membuat banyak kerusakan pada anak, seperti :kerusakan retina mata sampai kebutaan, epilepsi atau kejang karena terlalu banyak main games, dan kerusakan fungsi organ, bahkan jika sudah kecanduan ada video yang ditampilkan oleh Ibu Rahmi tentang anak yang seperti bermain video games, padahal sudah tidak ada gadgetnya, bahkan sampai sakaratul maut. naudzubillahimindzalik.
Dampak pornografi melalui situs yang tidak sengaja di lihat atau penyusupan melalui game online dapat mengabkibatkan candu bagi anak. Kalau sudah candu, maka anak akan berusaha untuk mencoba pada teman sebayanya. Parahnya jika dilakukan dengan teman sejenisnya. Ada kasus mengerikan dan ironis yang terjadi di Sulawesi. "Seorang anak muda ditemukan terkapar setelah menggugurkan kandungannya di mesjid dan membuang janinnya di WC mesjid lantai 3 yang sedang direnovasi, dibantu dua laki-laki teannya yang salah satunya diduga sebagai pacarnya. Naudzbillahimindzalik, dari sebuah situs porno berujung derita dunia-akhirat.
Sosial media banyak membuat orangtua lalai terhadap anak-anaknya, karena beberapa hal di bawah ini:
1. Tidak siap menjadi orangtua.
Hendaknya sebelum menikah setiap pasangan belajar dan paham kalau dia kelak akan menjadiorangtua yang mendidik dan mengasuh anak. Selain itu orangtua harus mempelajari psikologi perkembangananak dan cara berkomunikasi dengan anak dan pasangan. Sebagai Ibu , harus siap menjadi orang yang akan di contoh oleh anaknya, akan ditiru apapun yang dilakukan oleh ibunya. Bukan hanya ibunya sih, ayah juga, tapiwaktu kebersamaan anak dan ibu pastinya lebih banyak daripada anak dan ayah. Ayah juga berperan pentingdalam mengajak diskusi anak dan bermain aktivitas fisik bersama, sehingga paparan media sosial terhadap anak bisa di minimalisir. Perbanyak waktu bersama keluarga, jikalaupun harus menggunkanasosial media ajarkan anak untuk menggunakan sosial media dengan cara yang bijak., kembangkan keterampilan berpikir kritis, sehingga anak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.
2. Tidak memiliki tujuan pengasuhan. Jangan berikan 100 persen pengasuhan pada orang lain, pendidikan agama juga. orangtua harus terlibat di dalamnya. Dalam pengasuhan yang baik Bentuk kebiasaan baik anak dan tinggalkan banyak kenangan yang baik.Sehinggga di usia 25 tahun, anak sudah matang dalam berpikir dan memutusan sesuatu. (gambar). Pendidikan seksualitas harus diberikan sejak dini terhadap anak. Kenalkan bagian tubuh, untuk mengajarkan batas aurat sebelum anak usia 5 tahun. Biasakan anak berpakaianyang baik dan menutup aurat.
Begini tahapan-tahapannya:
Anak Usia Balita
Ajarkan anak untuk mengetahui sentuhan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, yang baik dan yang buruk. Ajarkan anak mngendalikan emosi, jik tidak akan sulit bagi anak saat masuk sekolah dan saat mengalami masalah emosi mendalam saat dewasa.
Anak Usia SD
Ajarkan anak tanggung jawab. Caritahu siapa saja teman-temannya. Ajarkan anak persiapan pra pubertas, haidh, mimpi basah dan bersuci. Ajarkan anak menahan diri.
Remaja
Ajarkan Adab memandang lawan jenis. Bantu anak memahami QS:An-Nur ayat 30-31.Pahamkan pada bahaya pemikiran modern yang menyesatkan, contoh :" hari gini gak pacaran?". Adab berinteraksi dengan lawan jenis. Sampaikan bahaya seks bebas.
Dewasa Awal
Ajarkan Adab meminang dan seks halal .
Bagi calon orangtua harus memahami Tujuan Pengasuhan, yaitu :
1.Menjadi hamba Allah yang bertakwa
2. Menjadi calon istri dan calon suami yang baik
3. Menjadi calon ayah dan calon ibu
4. Menjadi profesional di bidang yang diminati
5. Menjadi pendidik anak dan istri
6. Menjadi pengayom orangtua dan saudara perempuan
7.Menjadi pendakwah
Nah kaum hawa, kita ini sebagai garda utama dalam memfilter baik dan buruknya sosial media untuk keluarga. Bukan jadi tidak menggunakan media sosial sama sekali, tapi lebih smart dalam menggunakannya sehingga kita bisa lebih pintar dari nanak dan bisa mmeproteksi keluarga kita terutama anak dari pengaruh buruk sosial media. Tetap beprikir kritis dan bijak dalam bersosial media. posting yang baik-nbaik aja yah. Stop posting hal-hal negatif karena akan meninggalkan jejak digital yang tidak akan hilang.
Ada yang punya tips aman bersosial media?
Arus informasi sekarang didapatkan dengan sangat mudah, lewat sentuhan satu jari blaarr, informasi dari belahan dunia manapun bisa diketahui, benar atau benar? Bahkan untuk sebagian kaum hawa memiliki aplikasi pembelanjaan online sudah hal yang biasa. Kalau gak punya sosial media jaman sekarang tuh kayaknya bakal di cap norak, konvensional, dan saat bilang gak punya sosial media, pasti lawan biacara atau yang bertanya akan menganga dan bilang, hari gini? Gak punya sosial media?
Ya sih, sekarang tuh segala hal yang tadinya harus di dapatkan dengan usaha pergi ke suatu tempat, sekarang menggunakan sosial media dan jari telunjuk, voila, langsung hadir depan mata, hehe. Nah, tapi perbahan gak selamanya bagus nih, atau bagus buruknya tergantung kita , kaum hawa sebagai pengguna sosial media. Kenapa kaum Hawa? Kaum Adamnya kenapa? bukannya kaum Adam juga termasuk kaum yang menggunakan sosial media terbanyak dibandngkan kaum hawa? Yup betul sekali.Cek di sini.
Tapi, kaum hawa bisa pegang kendali, makanya aku gunakan kaum Hawa sebagai judul tulisanku kali ini. 17 Oktober 2019 kemarin Kementerian Agama melalui Bimbingan Masyarakat Islam mengundang Ibu-ibu Majelis Taklim dan Blogger untuk mensosialisakan peranan perempuan dalam bersosial media. Kaum Adam memang menggunakan sosial media lebih banyak dari kaum Hawa , tetapi efeknya lebih dahsyat pada kaum hawa. Kaum hawa ini penjaga keluarga. Bimas Islam memaparkan melalui Ibu Trisna Willy jika banyak perceraian terjadi karena sosial media, bergeser bukan lagi karena permasalahan ekonomi. Baru-baru ini juga ada info terkait kasus Bapak Wiranto yang menyebabkan seorang Dandim harus turun jabatan karena isi sosial media istrinya. Menurut Bapak Muhammadiyah Amin (Dirjen Bimas Islam) kaum hawa adalah pilar rumah tangga, jika kaum hawanya goyah maka keluarga yang akan merasakan keburukan.
Bukan hanya kaum hawa sih yang harus bekerja keras dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Harus ada kerjasama dari kaum Adam maupun kaum Hawa. Tapi kunci utamanya ada di kaum hawa, karena kaum hawa alias Ibu adalah orang yang pertama, madrasah pertama untuk anak-anaknya kelak dan bisa mengkonter dengan lebih baik, hal-hal yang tidak berguna untuk anak dibandingkan ayah. Ayah akan lebih fokus bekerja dan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara Ibu hampir seharian bersama anak-anak di rumah.Kerjasama antara kedua orangtua ini memang mau tidak mau diawali oleh kaum hawa.
Menurut Ibu Trisna Willy selaku penasehat Dharmawanita Kementerian Agama sebagai seorang wanita, ibu dan istri harus bisa menjaga keluarga dengan tidak memposting hal-hal yang akan membahayakan keluarganya. Seperti yang terjadi belakangan ini tentang kasus istri Dandim, bukan hanya itu saja, tapi terkadang dalam penyebaran berita yang belum benar kepastiannya, kaum Ibu menjadi nomer satu. Bukan karea ingin menyebarkan hoax niatnya, tapi naluri untuk menjadi nomer satu yang men-share yang harus dihilangkan. Cek dulu, baca dulu jika dapet kiriman tulisan,cerna dulu maksud tulisannya, jangan langsung di share. Jika itu berita bohong, maka kaum hawa akan mendapatkan dosa bergulung atau berlipat, ngeri. Be aware, sekarang bukan Mulutmu harimau mu, tapi Jari-jemarimu adalah Harimaumu, jika digunakan dengan cara yang tidak seharusnya. Jejak di dunia digital itu tidak akan terhapus, jadi buatlah postingan yang bernilai positif dan bermanfaaat untuk orang lain. Tabayyun sebelum menyebarkan berita yang belum tentu benar adanya.
Narasumber yang diundang oleh Kementerian Agama dalam seminar Sehari "Pengarusutamaan Gender" dengan judul "Perempuan daan Media Sosial;Peran Perempuan Menghadapi Pengaruh Sosial Media dan Menjaga Ketahanan Keluarga" berdaging semua, ilmu-ilmunya sangat bermanfaat untuk tamu yang datang ke seminar sehari dari bimas Islam ini.
Dokpri. Bapak Prof. Henry Subiakto |
Pemerintah sejak tahun 2017 sudah memblokir lebih dari 8000 situs porno menggunakan mesin crawling. Tapi hasilnya masih tetap ada situs porno karena mati 1 situs tumbuh seribu. Sementara untuk game online, tidak bisa dihapuskan semua, karena ada beberapa game online yang masuk dalam kategori olahraga di ASIAN GAMES. Warga Indonesia di Bandung juga sedang giat dalam membuat bisnis game online, jadi simalakama. Disinilah pentingya orangtua dalam memfilter tontonan anak di sosial media. Sementara pemerintah akan terus bekerja sama untuk menghapus situs-situs yang tidak seharusnya ditonton oleh anak dan menmberlakukan UU ITE. Cek di sini tentang UU ITE.
Selain itu Kemkominfo juga bekerjasama dengan banyak pihak yang memproduksi konten positif seperti progran Gen Posting, Cyber Kreasi, Indonesia Baik, Parade Nusantara, dll. Hal ini dilakukan karena jejak digital itu tidak akan hilang sehingga dihimbau untuk memposting halhal yang sifatnya positif. Biasanya jika seseorang membuka akun yang tidak senonoh sebanyak tiga kali berturut-turut, maka akan terekam jejaknya. Contoh kasus yang disampaikan Pak Henry adalah ada seorang anak yang mendapatkan kiriman dari google, tentang kehamilan, sontak sang Ibu terkejut saat sedang mengecek sosial media anak, ternyata saat di cek oleh google, anak tersebut pernah mencari tahu seputar kehamilan, di jam, dan waktu yang sangat detil, ngeri ya. Itulah kenapa anak-anak harus sangat dijaga dari papapran sosial media.
Dokpri Erick Mubarok Founder Sekolah Keluarga |
Narasumber kedua adalah Erick Mubarok yang merupakan Pendiri Sekolah Keluarga. Beliau memberikan Tips-tipsMembentuk Keluarga Multimedia Berselancar di Dunia Maya. Menurut Erick, sosial media memiliki dua mata pisau. Jika bijak digunakan dengan baik, maka akan berakibat positif, jika digunakan untuk keburukan hanya akan menyiksa diri sendiri dan menyebarka keburukan untuk banyak orang, naudzubillahimindzalik. Pengaruh buruk sosial media antara lain: ponografi,hoaks,bullying,anti sosial, phising,penipuan, candu dan aksi kekerasan. Pengaruh buruk ini akan berefek pada kehidupan anak ataupun orang dewasa karena tidak bijak dalam menggunakan sosial media. Pengaruh positif sosial media jika digunakan akan mempermudah kita dalam mengerjakan banyak urusan dan menambah wawasan. Kebaikan sosial media antara lain adalah: sumber wawasan, media komunikasi,refreshing,kreativitas,cari informasi, sarana bisnis/usaha, media belajar, jalan popularitas.
Jika masyarakat menemukan konten yang tidak sesuai beredar,ajukan delik aduan ke website pemerintah berikut ini.
Dokpri. Skema pengaduan konten negatif. |
Erick Mubarok memberikan beberapa tips bijak dalam bersosial media:
1. Orangtua wajib hukumnya menentukan aturan pada anak dalam menggunakan sosial media. Berikan durasi dan waktu penggunaan, maksimal dalam 1 hari itu 2 jam bagi anak terpapar sosial media. Berikan aturan jelas, seperti diperbolehkan menggunakan sosial media setelah membantu mencuci piting, atau boleh pakai sosial media tapi saat waktunya sholat harus sholat.
2. Orangtua harus melibatkan diri dalam menampingi dan memilih konten atau aplikasi yang baik bersama anak. Ajak anak berpikir kritis, sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
3.Ajari anak tentang privasi. Ajari anak untuk mengatur setting privasi di akunnya.Pantau foto dan video yang diunggah anak. Ingatkan anak untuk tidak menyebarkan email dan nomer HP di media sosial.Password hanya boleh di share ke orangtua. Ajari anak untuk membuat username unik yang tidak bisa langsung di tebak.Ingatkan anak untuksegera lapor jika ada perbuatan yang tidak menyenangkan dalam sosial medianya.
4.Setting aplikasi anak, sehingga dapat di cek berkala dan tontonan yang muncul sesuai dengan batasan usia anak.
Berikut ini aplikasi yang bisa digunakan untuk memproteksi media sosial anak.
Dokpri. Aplikasi yang bisa digunakan orangtua untuk memproteksi anaknya dari akun yang berpengaruh buruk. |
Untuk menyaring konten youtube gunakan cara yang satu ini.
Dokpri,berikut cara yang bisa digunakan untuk memcilter anak dari bahaya sosial media. |
Ini untuk memproteksi google Chrome |
Dokpri Rahmi Danan S.Psi M.Pd |
Narasumber ketiga adalah Rahmi Dahnan, S.Psi., M.Pd. beliau sangat concerndalam peran ibu menghadapi pengaruh media sosial dalam pendidikan anak. Beliau termasuk orangtua yang banyak belajar dari anak. Memiliki akun instagram saja baru beberapa jam sebelum acara di mulai, luar biasa. karena Rahmi merasa dirinya bukan kaum milenial, sehingga dia hanya menggunakan media sosial facebook dan Whats app yang menurut anaknya sudah jarang dipake oleh anak muda jaman sekarang. Anak muda jaman ekarang banyak menggunakan sosial media seprti instagram, twitter, line dan youtube dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya.
Fenomena atau masalah yang terjadi di keluarga Indonesia adalah banyak arus informasi yang masuk, tapi tidak disaring terlebih dahulu. Bahkan anak-anak sudah memegang gadget sebelum kemampuan berpikirnya berkembang. Anak-anak selalu menyukai hal-hal yang baru. Anak-anak tidak memiliki pemikiran seperti orang dewasa yang bisa menyaring mana hal baik dan hal buruk, ini yang kadang terabaikan oleh orangtua.
Dokpri anak2 berkumpul menggunakan gadget bertukar informasi games online dan takutnya website2 yang dilarang orangtua. |
Saat acara keluarga atau kumpulan orangtua, biasanya anak-anak dibiarkan berkumpul dengan anak-anak tanpa pantauan orangtua. Kalau mereka melakuakn aktivitas fisik, seperti berlarian saja ada yang menjaga supaya tidak jatuh, apalagi berselancar di dunia maya. Anak bisa saja membuka banyak hal yang tidak seharusnya karena permintaan teman sebayanya, dan itu sangat bahaya sekali.Mereka dapat bertukar games online baru bahkan informasi yang nyerempet ke pornografi. Naudzubillahimindzalik.
Hati-hati Ibu, pornografi kadang tidak hanya masuk melalui situs pornografi tapi menyusup melalui game online.Kecanduan game online juga akan membuat banyak kerusakan pada anak, seperti :kerusakan retina mata sampai kebutaan, epilepsi atau kejang karena terlalu banyak main games, dan kerusakan fungsi organ, bahkan jika sudah kecanduan ada video yang ditampilkan oleh Ibu Rahmi tentang anak yang seperti bermain video games, padahal sudah tidak ada gadgetnya, bahkan sampai sakaratul maut. naudzubillahimindzalik.
Dampak pornografi melalui situs yang tidak sengaja di lihat atau penyusupan melalui game online dapat mengabkibatkan candu bagi anak. Kalau sudah candu, maka anak akan berusaha untuk mencoba pada teman sebayanya. Parahnya jika dilakukan dengan teman sejenisnya. Ada kasus mengerikan dan ironis yang terjadi di Sulawesi. "Seorang anak muda ditemukan terkapar setelah menggugurkan kandungannya di mesjid dan membuang janinnya di WC mesjid lantai 3 yang sedang direnovasi, dibantu dua laki-laki teannya yang salah satunya diduga sebagai pacarnya. Naudzbillahimindzalik, dari sebuah situs porno berujung derita dunia-akhirat.
Sosial media banyak membuat orangtua lalai terhadap anak-anaknya, karena beberapa hal di bawah ini:
1. Tidak siap menjadi orangtua.
Hendaknya sebelum menikah setiap pasangan belajar dan paham kalau dia kelak akan menjadiorangtua yang mendidik dan mengasuh anak. Selain itu orangtua harus mempelajari psikologi perkembangananak dan cara berkomunikasi dengan anak dan pasangan. Sebagai Ibu , harus siap menjadi orang yang akan di contoh oleh anaknya, akan ditiru apapun yang dilakukan oleh ibunya. Bukan hanya ibunya sih, ayah juga, tapiwaktu kebersamaan anak dan ibu pastinya lebih banyak daripada anak dan ayah. Ayah juga berperan pentingdalam mengajak diskusi anak dan bermain aktivitas fisik bersama, sehingga paparan media sosial terhadap anak bisa di minimalisir. Perbanyak waktu bersama keluarga, jikalaupun harus menggunkanasosial media ajarkan anak untuk menggunakan sosial media dengan cara yang bijak., kembangkan keterampilan berpikir kritis, sehingga anak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.
2. Tidak memiliki tujuan pengasuhan. Jangan berikan 100 persen pengasuhan pada orang lain, pendidikan agama juga. orangtua harus terlibat di dalamnya. Dalam pengasuhan yang baik Bentuk kebiasaan baik anak dan tinggalkan banyak kenangan yang baik.Sehinggga di usia 25 tahun, anak sudah matang dalam berpikir dan memutusan sesuatu. (gambar). Pendidikan seksualitas harus diberikan sejak dini terhadap anak. Kenalkan bagian tubuh, untuk mengajarkan batas aurat sebelum anak usia 5 tahun. Biasakan anak berpakaianyang baik dan menutup aurat.
Begini tahapan-tahapannya:
Anak Usia Balita
Ajarkan anak untuk mengetahui sentuhan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, yang baik dan yang buruk. Ajarkan anak mngendalikan emosi, jik tidak akan sulit bagi anak saat masuk sekolah dan saat mengalami masalah emosi mendalam saat dewasa.
Anak Usia SD
Ajarkan anak tanggung jawab. Caritahu siapa saja teman-temannya. Ajarkan anak persiapan pra pubertas, haidh, mimpi basah dan bersuci. Ajarkan anak menahan diri.
Remaja
Ajarkan Adab memandang lawan jenis. Bantu anak memahami QS:An-Nur ayat 30-31.Pahamkan pada bahaya pemikiran modern yang menyesatkan, contoh :" hari gini gak pacaran?". Adab berinteraksi dengan lawan jenis. Sampaikan bahaya seks bebas.
Dewasa Awal
Ajarkan Adab meminang dan seks halal .
Bagi calon orangtua harus memahami Tujuan Pengasuhan, yaitu :
1.Menjadi hamba Allah yang bertakwa
2. Menjadi calon istri dan calon suami yang baik
3. Menjadi calon ayah dan calon ibu
4. Menjadi profesional di bidang yang diminati
5. Menjadi pendidik anak dan istri
6. Menjadi pengayom orangtua dan saudara perempuan
7.Menjadi pendakwah
Nah kaum hawa, kita ini sebagai garda utama dalam memfilter baik dan buruknya sosial media untuk keluarga. Bukan jadi tidak menggunakan media sosial sama sekali, tapi lebih smart dalam menggunakannya sehingga kita bisa lebih pintar dari nanak dan bisa mmeproteksi keluarga kita terutama anak dari pengaruh buruk sosial media. Tetap beprikir kritis dan bijak dalam bersosial media. posting yang baik-nbaik aja yah. Stop posting hal-hal negatif karena akan meninggalkan jejak digital yang tidak akan hilang.
Ada yang punya tips aman bersosial media?
Duuhh.. komplit banget infonya,.. jadi melek sosmed klo gini.. thanks.. 😍
BalasHapusIya kak, sebagai wanita yang nota bene seorang ibu harus lebih melek teknologi nih sekarang, minimal gak gaptek sama hal-hal yang sederhana gitu.
HapusNah, ini dia kekhawatiran saya sama anak-anak. Di rumah sudah tidak dikasih akses untuk internetan dan bersosial media, tapi di sekolah teman-temannya banyak yang dibebaskan. Akhirnya mau tidak mau sesekali kasih juga buka internet, biar tidak gaptek dan ketinggalan juga dengan teman-temannya
BalasHapusIyes, kalau menurutku asal anak sudah diberitahu batasannya dan komitmen dengan orangtua di rumah itu akan lebih membuat anak akan melakukan hal yang sesuai tanpa pemantauan orangtua.
HapusSebagai buibuk harus melek teknologi, kalau gak bisa kecolongan nanti sama anak hehehe tapi yang paling penting memanfaatkan teknologi dengan maksimal dan pandai memilah berita, jangan sampai malah jadi penyebar hoax..
BalasHapusBenar sekali, karena tanpa disadari Ibu-ibu suka jadi penyebar hoax dengan iming-iming ingin menyebarkan kebaikan atau membantu, jadi kena deh jiwa sosialnya, padahal sebelum disebarkan harus disaring dulu ya.
HapusInsightful banget ini. Luar biasa. Kayaknya pas nyimak sambil nyatet jadi detail banget.
BalasHapusSetuju sih. Ada kutipan yang ngena juga "Berilah satu buku pada wanita, maka ia akan mencerdaskan bukan hanya dirinya juga anak-anaknya".
Tapi yang menohok di postingan ini yakni dari socmed banyak memicu perceraian. Bener banget. Makanya penting seorang istri menjaga kehormatan suami. MasyaaAllah. Mudah-mudahan dapet yang bisa sama sama taat sama Allah. Eh. ��
Keren mba. Lanjutkan.
Hihi, lama-lama aku belajar ulis steno biar gak ada yang kelewat yak, hehe. Iya kan, karena wanita itu luar biasa, hehehe. Bener banget tanpa kita sadari soaial media, perlahan membuat suami dan istri makin menjauh ya.
Hapus