Menunggu Kehadiran Buah Hati (Part1)

1 Agustus 2019/ 11.44
Keluarga Wijayastuti

Assalammualaikum pembaca setiaku. Mau coba konsisten nih sehari satu postingan untuk share beberapa hal yang bermanfaat buat teman-teman yang mampir ke blogku ini. Karena terkadang pengalamanmu itu berguna untuk orang lain walaupun sekecil apapun.

Hari ini, aku mau share seputar menunggu kehadiran buah hati, siapa yang samaan nih belum dikasih amanah buah hati sama allah? Sama yah kita. Pernikahan di tahun ketiga belum dikaruniai buah hati tuh, tahu dong rasanya kalo yang punya masalah yang sama. Menurut beberapa artikel, jika usia pernikahan 6 bulan belum dikaruniai buah hati, harus cek khusus nih dan di programkan untuk kehamilan, karena sudah termasuk infertil.Cek di sini.

Berdasarkan artikel itu aku dan suami mulai deh cari-cari rumah sakit di Bandung yang bisa mendukung program kehamilan. Ada 3 dokter yang sudah ku kunjungi, masih sedikit ya, maju mundur karena masalah keuangan, hehe. Dokter pertama kami datangi di RS. Sari Asih. Rumah sakit tentara yang menurut ibu kos kita murah. Bener banget, murah dan memang perlengkapannya juga minimalis, hehe. Cuma ada usg 2 dimensi, dan hasilnya, rahim aku normal. Duh, maaf ya lupa nama dokternya, cuma inget nama dokter yang konsultasi terakhir di Bandung. Dokter dari RS. Sari Asih ini, memberi rujukan suami untuk cek sperma di RS. Limijati.
Masih simpen kartu identitas berobat kali aja lahiran disana. Soalnya di sini tempatnya cozy dan bisa nabung untuk biaya melahirkan.

Karena keuangan kita gak banyak, jadi kita cari konsultasi dokter yang murah meriah. Dapet deh satu dokter yang kalo gak salah, konsultasi dan usg transvaginal itu kurang lebih 500-700 ribu gitu agak lupa, disuruh balik lagi waktu menstruasi, eh duitnya ora ono, jadinya kita mundur lagi, jadi di RS. Limijati kita fix cuma cek sperma dan usg transvaginal karena gak sreg sama dokternya, belum apa2 sudah seakan menyalahkan aku yang kegemukan dan bilang kalau sel telur aku kecil-kecil sehingga sulit hamil. Beliau memvonis aku PCO, kompak kita berdua langsung gak pengen balik lagi, hahaha. Dokternya irit banget ngomongnya.

Karena masih penasaran, setiap pergi kemana di daerah Bandung, aku lihat- lihat obgyn, eh mataku tertumbuk pada satu nama, nama yang sama denganku dr. Widyastuti SpOG. Browsing tentang dokter ini, langsung suka, karena dia punya klinik sendiri di Bandung namanya klinik Jasmine, hanya saja biaya konsul di kliniknya sendiri lebih mahal, jadilah aku konsultasi di Kimia Farma. Pertama kali ketemu, dokternya gak sesuai ekspektasiku, cantik, bersih, tapi terlihat lelah dan kurang bersih (kukunya panjang). Tapi aku suka dengan caranya mendengarkan kami dan membesarkan hati kami. Beliau bisa menjelaskan dengan detail dan membuat aku dengan sukarela meminum vitamin yang diresepkan. Pernah juga saat konsultasi aku menstruasi pas masa subur,beneran tokcer dikasih obat supaya berhenti haidnya.  Pertemuan kita berakhir saat pas mau konsul sudah tunggu lama tapi beliau gak bisa datang karena bantu operasi, setelah itu, sudah deh gak konsul-konsul lagi kita. Paksu udah keburu males,karena bakalan nunggu lama kaya gitu lagi sampe berjam-jam,okelah aku manut.

Tahun ketiga pernikahan, kami harus pindah ke Depok, karena suami pindah kerja ke Jakarta. Alhamdulillah Boendaku menemukan rumah yang dekat dengannya, jadi aku gak terlalu kerepotan dengan perubahan yang ada. Boenda menyarankanku untuk kembali mengecek organ reproduksi kami.  Kami menjatuhkan pilihan si Sammarie Family and Health. Pilihan kami di dasarkan rekomendasi dari tetangga depan rumahku dulu yang program hamil disini, dan sekarang sudah mendapatkan momongan anak laki-laki. Diceritakan prosesnya yang panjang, serta biaya yang tidak sedikit. Tapi dia gak mau cerita berapa.

Sammarie Family and Health Care

Aku beranikan ke Sammarie bersama ibuku. Aku memilih dr. Rino Bonti, berharap dokter ini dapat menjadi jawaban atas program kehamilanku. Setiap datang aku di transvaginal, biaya perkali datang kurang lebih delapan ratus ribu rupiah. Belum transportasi kesana. Dokter Bonti gak banyak menjelaskan, di akhir sesi dia sering menanyakan, ada yang mau ditanyakan? entah kenapa aku merasa blank, mungkin efek setelah transvaginal ya. Suamiku juga bukan tipe yang aktif. Dokter Bonti memintaku untuk cek HSG (Histerosalpingografi). Cek HSG adalah cek yang dilakukan untuk mengetahui apakah jalur rahimku normal atau ada kelainan. Cek di sini Prosedur HSG. dr.Widiastuti juga sempat mengusulkan untuk melakukan HSG ,tetapi saat itu keuangannya tidak mumpuni dan termasuk mahal,jadi aku gak cek,baru di Jakarta saat keuangan suamiku membaik,aku mulai cek.

Sempat merasa ketakutan karena konon kata beberapa artikel dan beberapa teman,proses HSG nya menyakitkan, ada yang sampai gak bisa jalan. Ada yang mulas banget. Banyak macam-macam deh ceritanya. Tibalah pada hari yang ditetukan oleh dr.Bonti dan bagian laboratorium HSG. Hari itu, ternyata bisa kulewati sendirian. Suamiku tidak bisa mengantar karena ada urusan pekerjaan, Boendaku tetiba kena vertigo. Ada dua pasien yang akan di HSG hari itu. Dia akan menggunakan obat bius, sehingga  tidak akan merasakan sakit, sementara aku tidak menggunakan obat bius karena beda harganya 1 juta sendiri, lumayan banget kan. Suaminya setia menemani sambai ruangan tempat perawat menjelaskan.Suaminya bule, hiks, sempat sedih lagi di ruang tempat perawat menjelaskan, karena aku cuma sendirian, ngareb suamiku tetiba datang dan jemput. Hmmm, tapi terkadang wanita harus bisa mandiri juga nih, menghadapi ini semua, bismillah insyaallah lancar nih.

Jadwal praktek dokter dii Sammarie

Perawat memberikan penjelasan apa yang akan terjadi di ruangan dan apa yang harus dilakukan.Tiba giliranku, aku dipanggil pertama, karena proses yang lebih singkat tidak mengguakan obat bius.  Ketakutan menyergapku, aat ada di meja rontgen, aku bilang ke perawat dan dokter untuk mengatakan hal-hal apa saja yang akan mereka lakukan sehingga aku merasa siap. Barulah aku merasa tenang dan meminta mereka untuk mengajakku bercanda. Dokter yang bertugas di ruangan HSG mulai menyuntikkan cairan pewarna kontras dengan sebelumnya memasang kateter sampai ke leher rahim, sehingga cairan pewarna kontrasnya dapat mencapai tuba falopi dengan baik, untuk mengetahui keadaan rahim dan tuba falopii ku. Dokter menyuntikkannya 2x. Menurutnya jumlah penyuntikan tiap orang berbeda, ada yang 1x saja bahkan sampai 10x, tergantung bagaimana alat rontgennya sudah mendapatkan gambar dari hasil caira pewarnanya atau belum, karena bisa saja tertimbun emak, jadi tidak terlihat. Alhamdulillah aku hanya 2x.

Fasilitas yang ada di Sammarie

Beberapa hari kemudian hasilnya keluar dr. Bonti menjelaskan kalau ada sedikit penyempitan pada tuba falopii aku di sebelah kiri. Seperti biasa dr. Bonti hanya menjelaskan sedikit selebihnya bertanya padaku apakah ada yang ingin ditayakan? lagi-lagi entah kenapa aku blank. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke dr. Niken di hari Sabtu, alasannya supaya suamiku bisa mengantar, resikonya dokternya karena ada di weekend dan juga favorit, bakalan nunggu lama. Jadi kudu ekstra sabar. Satu pasien yang masuk bisa 30 menit - 1 jam. 

Begitu tiba giliran kami, puas sih, oh iya sebelum ganti dokter kami diminta untuk cek sperma. Cek sperma disini lumayan unik, tidak hanya dicek spermanya tapi juga di cek imunitas atau tingkat alergi aku terhadap sperma. Hasil cek sperma suamiku hampir sama dengan waktu di Bandung, hasilnya Asthenozoospermia, jumlah sperma yang normal lebih sedikit dari yang abnormal dan juga motilitasnya banyak yang tidak garis lurus. Cek di sini untuk mengenal kelainan kesuburan pada pria.

Alhamdulillah suamiku Asthenozospermia.

Setelah dicek aku terkena alergi sperma atau sering disebut juga ASA (Antibody Sperm Autoimmune), keadaan ini bisa terjadi pada wanita atau bahkan pria. Pada pria yang mengalami alergi sperma akan merasakan lelah yang sangat setelah ejakulasi dan seperti meriang, panas pada seluruh tubuh atau bagian yang terkena spermanya. bahaya terparahnya bisa menyebabkan kematian bagi wanitanya atau prianya. Pada wanita akan mengalami kebengkakan, kemerah2an pada vagina, bahkan bisa juga jamur berlebih.Cek di sini untuk mengetahui lebih lengkap seputar Alergi Sperma. 

Apa itu ASA? ASA (Antibody Serum Autoimmune) adalah sebuah keadaan tubuh wanita yang mengalami peningkatan antibodi ke sperma yang masuk. Antibodi dibuat oleh sel limfosit untuk membunun bakteri. Dalam kasus alergi sperma Limfosit di produski berlebihan sehingga antibodi yang dihasilkan pada tubuh tidak terkendali. Aktivitas bakteri dan cairan di vagina berlebihan. Selain itu bentuk sperma tidak normal. Keempat hal di atas yang bisa memicu terjadinya Alergi Sperma. Keadaan tersebut diatas biasanya terjadi karena, pola makan yang tidak teratur, terlalu banyak konsumsi gula, bakteri usus yang tidak seimbang, aktivitas seksual yang tinggi,stres berkepanjangan dan hormon suami yang tidak seimbang sehingga spermanya buruk. Cek di sini untuk mengetahui soal ASA.

Coba cek,aku ada asma nih,huhu.

Penanganannya menurut dr. Niken dalah dengan di suntikkan sel darah putih suamiku, sehingga sperma yang masuk tidak dikenali sebagai musuh oleh antibodi tubuhku. Penyuntikan dilakukan sebanyak tiga kali, karena antibodi tubuhku lumayan tinggi. Saat penyuntikan kami dilarang melakukan hubungan seksual selama seminggu. penyuntikan di ulang per satu bulan sekali. Sampai di treatment ini kami berhenti karena alasan keuangan kembali. Selain itu ada yang bilang berdasarkan temanku yang sudah melakukan suntik sel darah putih suaminya, kadar ASA dalam tubuh istri bisa turun, tetap sama atau bahkan menjadi lebih tinggi lagi. Ya, aku mengikuti beberapa komuniytas pejuang garis dua, seperti komunitas Orami, Asian parenting. Berhenti deh sampai di situ treatmentnya, sambil mengumpulkan uang.

Kemungkinan hamil bagi wanita yang ASA dan kasus asthenozoospermia suamiku, bisa dengan dua cara inseminasi atau bayi tabung. proses inseminasi atau yang terkenal dengan IUI ( Intra Urine Insemination) tingkat keberhasilannya 5-15%, sementara untuk IVF (In Vitro Fertilization ) kemungkinan berhasilnya lebih besar, bisa mencapai 20-35%. Biaya untuk inseminasi di tahun 2019 kisaran 4-7 juta rupiah. Untuk Bayi tabung bisa mencapai 50-60 juta, bisa juga lebih, kalau harga ini biasanya kalau rumah sakit mengadakan diskon. Ini dari segi medis, kalau dari segi pintu langit banyak beribadah dan ubah pola makan dan pola hidup menjadi lebih sehat.

Sampai saat tulisan ini di publish, kami masih berusaha mendapatkan buah hati. Semoga lekas diberikan di waktu terbaik,cara medis, tradisional dan ketuk pintu langit masih kami lakukan. Yuk, buat temen-temen pejuang garis dua, semangat ya, kamu gak sendirian, kalau ada yang nanya kapan hamil, minta di doakan saja ya.  Semangat sehat.


Komentar